Sains Itu Menyenangkan

- Editor

Sabtu, 24 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Radya Wafi Adyatma (14), siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Semarang, Jawa Tengah, tak mengira keikutsertaannya dalam Workshop Guru dan Kemah Sains Pelajar Ke-6 tingkat ASEAN+3 (Korea Selatan, Taiwan, dan Tiongkok) untuk pertama kali membawa berkah. Ia meraih penghargaan pelajar terbaik dan penghargaan spesial Da Vinci Science Prize, beasiswa kuliah di universitas yang ada di 13 negara itu.


Wafi mewakili Indonesia bersama sembilan pelajar lain mengikuti kegiatan di Changwon City, Korea Selatan, 11-18 Januari 2015. Wafi bersama putra Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Muhammad Zinedine Alam Ganjar (13, SMPN 2 Semarang), dan Bthari Parahita Putri Firmandjaja (13, SMPN 5 Semarang) meraih nilai tertinggi dalam kegiatan itu dan mendapat medali emas. Siswa yang lain mendapat medali perak dan perunggu.

”Temanya waktu itu rumah pintar dan hijau (smart and green house). Kami dibagi dalam kelompok dengan peserta dari negara lain dan membuat bagaimana konsep rumah yang ramah lingkungan,” ujar anak dari pasangan Hesti Puji Lestari dan Mujiono itu, Kamis (22/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia membuat konsep rumah hijau yang memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh kondensor pengatur suhu udara (air conditioner) untuk menghangatkan lantai saat musim dingin. Untuk daerah yang tidak mempunyai musim dingin, panas dari kondensor digunakan untuk menghangatkan air untuk mandi.

”Suka saja bikin percobaan. Saya baca teori untuk tahu prinsip dan caranya, lalu lebih suka utak-atik. Pengaruh guru besar sekali, kalau gurunya asyik, jadinya suka,” ungkap Wafi. Ia juga pernah ikut kompetisi robot.

Bthari juga bercerita tentang pengalaman yang menyenangkan dalam kegiatan yang diadakan oleh ASEAN+3 Centre for The Gifted in Science (ACGS) itu. Ia dan kelompoknya membuat rumah yang memanfaatkan tenaga angin dan surya untuk menghasilkan energi listrik.

Bthari dan 77 anak dari 13 negara mendapat berbagai materi tentang sains, seperti energi, panel surya, DNA (deoxyribose nucleic acid), dan melakukan berbagai percobaan sains dengan metode yang menyenangkan. ”Kami diminta membuat kuteks (pewarna kuku) dengan mencampur berbagai bahan kimia. Hasilnya, saya mendapat kuteks yang warnanya bisa berubah saat dingin,” ujarnya.

Baru pertama kali
Guru pendamping siswa dari SMPN 2 Semarang, Sudaryono, mengatakan, empat siswa dari sekolahnya kebetulan baru pertama kali mengikuti ajang internasional. ”Tidak seperti seleksi olimpiade, setelah mendapat undangan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Duniaku Pintar, kami memilih anak-anak yang menonjol dan menyukai sains dan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Lalu mereka didampingi mentor untuk persiapan,” tuturnya.

Di Semarang, Wahana Duniaku Pintar didirikan oleh Dolly Andrian Firmandjaja, yang juga ayah dari Bthari, bekerja sama dengan Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jateng membuka wahana itu sejak tahun 2012. Di wahana itu, anak-anak dapat belajar mengenai sains dengan metode yang menyenangkan. Duniaku Pintar juga yang selama ini mengadakan kompetisi roket air, lokakarya sains, dan memfasilitasi anak-anak mengikuti kompetisi yang diadakan ACGS atau APEC Future Scientist Conference (ASFC) dengan bekerja sama dengan BPPT.

”Kompetisi ini tidak seperti olimpiade, di mana anak-anak bekerja secara individual. AMGS membuat kompetisi sains dalam kelompok sehingga anak-anak mengerti, ke depan mereka harus bekerja dalam tim. Tak ada penghakiman bagi anak yang melakukan kesalahan. Anak dipantau hingga kuliah,” ujarnya.

Sayangnya, kompetisi ini hanya bisa diikuti oleh mereka yang berprestasi dan juga mampu secara ekonomi karena semua harus dibiayai secara mandiri. Untuk berangkat ke Korsel, misalnya, pemberangkatan seorang siswa membutuhkan biaya hingga Rp 25 juta. Selain itu, anak-anak di Jateng mungkin kesulitan mengikuti ajang serupa pada tahun mendatang karena Duniaku Pintar segera ditutup. (Amanda Putri N)

Sumber: Kompas, 24 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB