Saat Manusia dan Sapi-sapi Terkoneksi Internet

- Editor

Senin, 30 Maret 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setiap hari, kian banyak mesin, gawai, dan semua perangkat di sekitar kita dilengkapi dengan sensor dan cip. Hal itu membuat barang-barang tersebut kian pintar dan bisa berkomunikasi satu sama lain.
Internet of things (IoT), demikian fenomena kian terkoneksinya seluruh perangkat itu disebut. Tak heran, dalam gelaran CeBiT 2015 di Hannover, Jerman, pameran teknologi informasi yang disebut terbesar di dunia, IoT ini menjadi tren.

Kompas menghadiri CeBit 2015 atas undangan Rittal, sebuah perusahaan di Jerman yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur pusat data.

2eab120adfdc4427836fa5f324bfa676Tak hanya produk-produk perangkat seperti telepon genggam, tablet, dan televisi, tetapi berbagai perangkat atau sesuatu yang selama ini tidak terbayangkan. Perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia memamerkan berbagai produk dan visi ke depan mereka mengenai IoT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Inovasi IoT mulai dari berbagai perangkat rumah pintar, seperti bel pintu, lampu, pengatur suhu ruangan hingga industri manufaktur, transportasi, dan pertanian. Manusia hingga sapi pun terhubung ke internet.

Industri otomotif, terutama mobil pribadi, merupakan salah satu sektor yang mulai mengadopsi IoT. Diperkirakan pada 2016 akan ada lebih dari 210 jenis mobil akan terkoneksi. Beberapa perusahaan, seperti Tesla, Google, dan pembuat mobil terkenal mulai mengembangkan mobil otomatis tanpa sopir.

Tesla memamerkan mobil elektriknya, Model S, di CeBit 2015 yang segera dilengkapi fitur otopilot berkat koneksi internet dan berbagai sensor yang ditanamkan pada mobil tersebut. Mobil ini secara permanen terhubung ke internet dengan antarmuka sebuah layar sentuh.

Mobil dilengkapi dengan radar, kamera yang bisa mendeteksi sinyal di jalan, pejalan kaki, dan hambatan, serta memiliki sensor sonar. Dengan terus terkoneksi, fitur otopilot akan mengintegrasikan navigasi, GPS, dan data lalu lintas hingga mampu berjalan sendiri tanpa sopir.

Ke depan, mobil akan terkoneksi dengan infrastruktur dan kondisi lalu lintas di sekitarnya. Kendaraan akan melaporkan status dan posisinya ke sebuah pusat kontrol, yang pada gilirannya akan mengubah arus lalu lintas untuk mencegah timbulnya kemacetan.

Sebuah perusahaan Jerman, Canyon, memamerkan sepeda yang dilengkapi dengan modul di dalam frame-nya. Modul itu termasuk perangkat GPS dan memiliki kartu SIM sehingga keberadaan sepeda itu bisa dilacak saat dicuri. Sepeda pintar tersebut juga bisa menelepon unit layanan darurat saat penunggangnya kecelakaan.

Sepeda pintar ini juga bisa memonitor keausan suku cadang dan mengorder sendiri suku cadang yang perlu diganti.

Era pertanian 4.0
Seakan tak mau kalah dengan sektor lain, pertanian dan peternakan pun mulai memasuki era IoT. Farming 4.0, demikian tulisan yang terpampang dalam salah satu booth di Hall 12 Hannover Fairground. Booth ini milik produsen mesin pertanian Claas.

Perusahaan ini memiliki visi bahwa pertanian masa depan tak luput dari IoT. Era teknologi informasi, berbagai perangkat yang terkait dengan sektor agrikultur juga saling terkoneksi dan berkomunikasi satu sama lain. Traktor, sensor benih, sensor tanah, sensor ternak, saling terkoneksi sehingga semua prosesnya bisa dipantau secara otomatis.

Claas memamerkan traktor yang dilengkapi berbagai sensor dan sistem telemetri yang terus memantau traktor itu sehingga kinerjanya akan terus optimal. Traktor 830 Axion itu menggunakan perangkat GPS sehingga bisa membajak lahan secara otomatis berdasarkan data geografis atau sensor inframerah.

Perangkat lunak manajemen pertanian akan menggunakan data meteorologi untuk membantu petani menyesuaikan diri dengan kondisi iklim dan cuaca. Sensor benih akan mengindikasikan kebutuhan pasti nitrogen dari setiap individu tanaman sehingga mempermudah petani untuk menentukan seberapa besar pupuk yang harus ditambahkannya.

Berbagai perangkat lunak itu adalah hasil kerja sama Class, GEA Farm Technologies, Amazone, dan 365FarmNet.

Di kalangan industri manufaktur, Robochop yang dipamerkan di Hall 16 Code_n memberikan gambaran masa depan mengenai fabrikasi dan perusahaan-perusahaan manufaktur. Robot industri itu terkoneksi ke internet sehingga mampu mengukir barang berdasarkan ”pesanan” gambar yang dibuat oleh siapa pun dari sebuah browser di internet selama CeBit berlangsung.

Maksud dari pengembang robot itu, Clemens Weisshaar dan Reed Kram, adalah bahwa industri pada era IoT yang dilengkapi sistem cerdas akan mendorong siapa pun untuk bisa terkoneksi langsung dengan perangkat keras industri berat.

Dengan menghilangkan hambatan dan penghubung dalam rantai produksi, semua pihak bisa mendesain dan memproduksi barang sesuai dengan yang mereka inginkan secara langsung.

Sayang, robot ini hanya beroperasi selama CeBit, 16-20 Maret lalu. Semua orang bisa memberi perintah pada lengan robot itu untuk mengambil dan mengukir 40 cm x 40 cm x 40 cm kotak styrofoam menjadi berbagai bentuk yang digambar melalui aplikasi di situs www.robochop.com/chop.

Lengan robot itu diklaim mampu mengukir semua bentuk secara presisi. Setelah proses manufaktur selesai, setiap obyek yang terbentuk selama pameran CeBit akan dikirim secara gratis ke semua orang yang pernah melukisnya.

Terus berkembang
Berdasarkan data Cisco, pada tahun 2008, untuk pertama kalinya jumlah perangkat yang terhubung ke internet melebihi jumlah manusia di dunia. Perangkat itu bukan hanya telepon genggam atau tablet, melainkan semua hal.

Nilai pasar menyangkut IoT diperkirakan mencapai belasan triliun dollar hingga sepuluh tahun ke depan. Semua diuntungkan oleh IoT, industri dan konsumennya.

Di Belanda, sebuah perusahaan startup, Sparked, memasang sensor pada ternak sapi untuk mengumpulkan data. Sensor pada sapi-sapi itu mengirimkan 200 Mb data per tahun yang beberapa di antaranya mengindikasikan apakah mereka sakit atau hamil.

Banyak perusahaan lain yang juga berusaha mengoneksikan sapi-sapi mereka ke internet, untuk memudahkan peternak menganalisis ternak mereka sebelum benar-benar sakit. Pada prinsipnya, teknik yang digunakan mencoba untuk memonitor kebiasaan sapi-sapi.

Jika ada yang tak sesuai kebiasaan, bisa menjadi indikasi awal untuk mencurigai kesehatan sapi. Sensor yang dipasang mulai dari sensor kondisi panas badan, sensor kebiasaan makan, dan juga kebiasaan memamah biak.

Inilah era peternakan 4.0 ketika sapi pun terkoneksi ke internet. Pemilik peternakan tidak perlu menempatkan dokter hewan untuk mengawasi sapi-sapi setiap hari.

Cisco memperkirakan, pada 2020, perangkat yang akan terhubung ke internet mencapai 50 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar 86 persennya atau 43 miliar bukanlah perangkat seperti PC, telepon pintar, atau tablet, melainkan berbagai perangkat lain di luar itu, termasuk sensor-sensor yang dipasang ke sapi-sapi tadi.

Sebanyak 60 persen perangkat IoT akan digunakan oleh perusahaan, bukan untuk kegunaan personal. Sebanyak 40 persen data akan terkirim dari perangkat ke perangkat atau mesin ke mesin.

Ke depannya, pengembangan IoT ini bisa dimaksimalkan di sektor kesehatan. Internet dengan berbagai teknologi sensor- sensor kesehatan bisa digunakan untuk memonitor gerak dan kondisi orang tua usia lanjut.

Dengan IoT, nyaris tak ada lagi batasan penggunaan teknologi informasi. Satu-satunya batasan itu adalah imajinasi manusia. Dunia internet tak akan benar-benar maya karena kita dan sapi- sapi itu yang sama-sama terhubung ke internet benar-benar nyata adanya. Mooo….(Prasetyo Eko P)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2015, di halaman 38 dengan judul “Saat Manusia dan Sapi-sapi Terkoneksi Internet”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB