Pubertas Dini Picu Masalah Remaja

- Editor

Minggu, 21 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pubertas dini bisa memicu masalah kesehatan dan psikologis remaja. Karena itu, orangtua perlu mengenali tanda-tanda pubertas dini dengan pola asuh yang tepat dan komunikasi terbuka untuk mendampingi anak.

Dokter spesialis anak Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Aditya Suryansyah, Jumat (19/2), di Jakarta, mengatakan, nilai gizi, seperti bahan kimia di makanan yang mengandung hormon, mempercepat laju pubertas. “Saat pengaruh psikologis dan gizi kuat, itu katalisator hormon pertumbuhan, reproduksi estrogen, dan testosteron,” ujarnya.

Terlalu banyak makan makanan yang memicu obesitas juga memicu pubertas dini. Kosmetik kecantikan juga mengandung hormon sehingga kadang anak berdandan tak sesuai usia. Karena itu, perempuan lebih berisiko pubertas dini dibandingkan pria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika anak sebelum usia puber atau di usia awal pubertas menstruasi dan mimpi basah, itu berarti pubertas dini. Menstruasi dan tumbuhnya rambut pubis (kemaluan) ialah fase akhir masa pubertas anak,” tutur Aditya.

Namun, kini anak cenderung mengalami pubertas lebih awal sebelum fase pubertas dibandingkan 30 tahun lalu. Masa pubertas anak perempuan di usia 8-13 tahun dan anak laki-laki di usia 9-14 tahun. Munculnya tanda seks sekunder sebelum batas fase awal pubertas jadi indikasi anak mengalami pubertas dini.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 5,2 persen dari populasi anak di 17 provinsi di Indonesia mengalami masa haid pertama (menarche) sebelum 12 tahun. Indonesia menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia haid pertama 0,145 tahun per dekade.

Riset “Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar” tahun 2011 oleh Aditya Suryansyah menunjukkan, pubertas dini pada anak di perkotaan terjadi setengah tahun lebih cepat dibandingkan anak di pedesaan atau daerah pinggiran.

Pubertas dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain etnis, kondisi sosial, nutrisi, aktivitas, dan masalah kronis kejiwaan. Lingkungan sosial dan kejiwaan memengaruhi pubertas dini anak di perkotaan. Keterbukaan informasi dan dorongan sosial mempercepat hormon pertumbuhan.

Menstruasi dan pembesaran ukuran testis merupakan fase akhir pubertas lebih cepat daripada seharusnya. Pada anak perempuan, menstruasi terjadi setelah dua tahun masa pembesaran payudara. Efek pubertas dini tampak pada fisik anak yang sulit bertambah tinggi. Menstruasi pertama jadi fase akhir penambahan tinggi badan anak. “Anak perempuan lebih pendek dibandingkan temannya yang pubertas di usia seharusnya. Anak laki-laki bertambah tinggi 2-3 tahun setelah pubertas,” ujarnya.

Perempuan yang menstruasi pertama terlalu dini meningkatkan risiko kena kanker payudara, resistensi insulin, obesitas abdominal, penyakit kardiovaskular, dan hipertensi. Pubertas dini yang mengarah ke hubungan seks pranikah bisa memicu kehamilan dan berisiko terkena infeksi menular seksual.

Secara psikologis, pubertas dini bisa membuat anak bingung, stres, cemas, dan emosional. Jadi, peran orangtua diperlukan untuk mengarahkan anak agar tak terjerumus masalah akibat pubertas dini. Intervensi hormonal jadi solusi akhir saat ada gangguan hormon pada anak yang memicu pubertas dini.

pubertyPsikolog anak RSAB Harapan Kita, Ade Dian Komala, menambahkan, bimbingan orangtua mencegah risiko dan konflik sosial saat anak di masa pubertas. Pemahaman pubertas perlu disampaikan secara tepat agar anak tak mencari informasi di luar yang bisa ke perilaku negatif.

“Orangtua harus mengarahkan anak dan terbuka dalam komunikasi, memosisikan diri kita seperti mereka,” ucap Ade. Komunikasi jadi kunci terbukanya dialog dengan orangtua saat anak tertarik lawan jenis, konflik dengan teman, dan soal remaja lain. “Orangtua perlu mengajari anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak pada masa transisi mencari jati diri karena bingung,” ujarnya. (C07)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Pubertas Dini Picu Masalah Remaja”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB