Permainan Komputer; Memfokuskan Anak Hiperaktif

- Editor

Kamis, 23 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

GIM  tidak selalu berdampak negatif. Melalui gim, mahasiswa Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, mencoba membantu memperbaiki kualitas kesehatan. Gim AGTA, yaitu Application Game Therapy Attention Deficit Hyperactive Disorder, pun dibuat untuk membantu terapi bagi anak hiperaktif dan autis.

Permainan komputer yang dibuat oleh Hanas Subakti (angkatan 2009), Ika Kusumaning Putri (2009), dan Dwi Hardyanto (2011), serta dosen pembimbing Eriq Muhammad Adams Jonemaro itu menggunakan teknologi augmented virtuality (penggabungan realitas nyata dan virtual). Anak diajak masuk ke dalam gim.

Akan lebih menarik jika gim dimainkan di layar lebar. Dengan demikian, anak makin menikmati dan merasa terlibat dalam permainan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

AGTA adalah gim sederhana yang bisa dimainkan menggunakan laptop/personal computer dibantu Microsoft Kinect (Microsoft Visual Studio). Microsoft Visual Studio adalah kamera yang bisa menangkap gerakan manusia. Alat ini memungkinkan anak ”masuk” ke dalam gim buatan mahasiswa UB ini.

02d338bb7b844330a297a9fc4a9f7049Gim AGTA terdiri dari tiga permainan, yaitu catch the jellyfish, falling party, dan go fishing. Pada catch the jellyfish, pemain harus menangkap ubur-ubur yang lewat hanya menggunakan tangan kanan. Pada falling party, pemain harus menggerakkan tangan kiri dan kanan untuk menangkap berbagai ikan yang jatuh dari atas. Pada gim terakhir, pemain harus memilih satu ikan yang warnanya sesuai dengan perintah sistem.

”Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) biasanya tidak dapat duduk diam dan fokus pada suatu hal meski dalam semenit. Dengan permainan ini, kami berusaha menahan si anak agar bisa fokus bermain gim lebih lama. Ini akan membantu anak autis dan hiperaktif untuk berkonsentrasi dan fokus beberapa saat,” kata Ika, salah seorang penyusun gim AGTA.

Gim AGTA bukan saja melatih perkembangan motorik, yakni memfokuskan tangan dan perhatian pada permainan, melainkan juga mengajari anak berpikir dan mengenal warna.

Untuk membuat gim komputer ini, tiga mahasiswa UB berkonsultasi dengan terapis ADHD serta mengujikan gim kepada beberapa anak autis dan hiperaktif.

Sejauh ini belum ada riset yang menghubungkan dampak gim AGTA pada anak ADHD secara langsung. Namun, minimal anak- anak bisa belajar memfokuskan perhatian dengan cara menyenangkan. ”Awalnya anak-anak ADHD hanya bisa bertahan bermain selama 40-60 detik. Namun, setelah lima kali pertemuan, anak-anak bisa bertahan bermain AGTA lebih dari 2 menit,” kata Hanas.

Menyenangkan
Bagi Ika, Hanas, dan Dwi, terapi fokus dan perhatian anak menggunakan AGTA ini lebih mudah, murah, dan lebih menyenangkan bagi anak. ”Selama ini terapi untuk anak ADHD adalah terapi konvensional yang kadang membosankan bagi anak, seperti memasukkan kacang ke dalam gelas. Atau, terapi dengan minum obat yang mungkin dalam jangka panjang berpengaruh pada tubuh anak. Namun, dengan terapi permainan, anak dibuat belajar memfokuskan perhatian secara menyenangkan dan tidak menyakiti si anak,” ujar Ika.

Untuk memainkan AGTA, orangtua bisa mendapatkan perangkat lunak gim dari Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) UB, menyiapkan laptop/PC, dan membeli Microsoft Kinect seharga Rp 1,5 juta.

Program buatan mahasiswa UB itu meraih medali emas dalam kategori gim di ajang kompetisi Gemastik 6, 7-9 Oktober 2013, di Bandung.

”Ini menunjukkan bahwa gim tidak selalu berkonotasi negatif atau bersifat rekreatif belaka. Namun, bisa juga menjadi media alternatif pendukung pendidikan dan kesehatan,” ujar Eriq Muhammad Adams Jonemaro, Kepala Laboratorium Game PTIIK yang menjadi dosen pembimbing tiga mahasiswa itu.

Gim AGTA nantinya oleh PTIIK akan diunggah di situ web kampus yang saat ini sedang dalam perbaikan dan bebas diunduh oleh masyarakat yang membutuhkan. Jika ingin lebih cepat mendapatkan perangkat lunak AGTA, peminat bisa menghubungi pihak PTIIK.

”Bagi para mahasiswa, tujuan riset adalah untuk membantu masyarakat. Jika untuk tujuan komersial, mungkin akan ada penyempurnaan atau kebijakan lain,” kata Eriq.

Oleh: Dahlia Irawati

Sumber: Kompas, 22 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB