Indonesia menghadapi tantangan besar dalam berbagai sektor menjelang tahun 2045. Tanpa upaya pembangunan berbasis sains, Indonesia diprediksi akan mengalami keterpurukan di berbagai sektor.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Sangkot Marzuki mengatakan, pada 2045, Indonesia akan memasuki usia 100 tahun. Indonesia semestinya telah menjadi negara yang maju jika serius melaksanakan pembangunannya dengan berbasiskan pada iptek.
Kenyataannya, kata Sangkot, hal itu belum dianggap penting hingga sekarang. Bahkan, cenderung terabaikan. Sebagai contoh, alokasi anggaran negara untuk pengembangan dunia iptek masih sangat rendah, yaitu 0,09 persen dari total APBN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Padahal, idealnya dialokasikan 2 persen agar pengembangan dunia iptek dapat semakin maju,” katanya, seusai berbicara dalam Konferensi Jurnalis Sains Indonesia 2015 di gedung Puslitbang Kehutanan, Bogor, Sabtu (29/8).
Sangkot, yang hadir sebagai pembicara kunci, menyebutkan, empat tantangan besar dihadapi Indonesia menjelang tahun 2045, yaitu bagaimana menciptakan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan, masyarakat berkedaulatan pangan, menghadapi ekologi yang selalu berubah sehingga berdampak memunculkan penyakit baru, serta mengantisipasi pertumbuhan penduduk yang pesat.
Tanpa skenario pembangunan yang mengedepankan iptek, maka akan sulit bagi negara untuk memenuhi kebutuhan seluruh warganya secara memadai. Dia juga memprediksi terjadinya ledakan generasi muda yang tidak seiring dengan ketersediaan sumber mata pencarian. “Akibatnya, tingkat pengangguran akan melonjak,” ujarnya.
KJSI 2015 diselenggarakan oleh Society of Indonesian Science Journalists (SISJ) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, the World Federation of Science Journalists, dan Sasakawa Peace Foundation.
Kepala Bidang Evaluasi Diseminasi Perpustakaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nugroho Sulistyo Priyono yang membuka konferensi menyatakan, pihaknya menyambut baik terbentuknya wadah komunikasi antara jurnalis dan ilmuwan. Pihaknya berharap akan tumbuh sinergi yang lebih kuat untuk menumbuhkan masyarakat yang sadar sains.
Selama dua hari pelaksanaan, konferensi dihadiri sebanyak 90 jurnalis sains dan ilmuwan, mulai dari peneliti capung hingga ahli astronomi. (ITA)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Perkuat Pembangunan Berbasis Iptek”.