Penyakit Jantung Koroner; Tak Harus Berujung Kematian

- Editor

Selasa, 18 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyakit jantung dan stroke adalah penyakit nomor pertama penyebab kematian di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dengan penanganan tepat, kematian akibat penyakit kardiovaskular bisa dihindari. Bahkan, masalah itu bisa dicegah dengan menghindari faktor risiko terkena penyakit tersebut.

Pada peringatan Hari Jantung Sedunia, 29 September 2016, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh menyampaikan secara tertulis, mempertahankan kesehatan jantung agar terhindar dari penyakit kardiovaskular amat penting.

Ada beberapa kebiasaan utama yang bisa ditumbuhkan tiap orang, seperti menghindari konsumsi rokok dan alkohol serta makan buah dan sayur yang cukup setiap hari. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok makan sehari pun berguna menekan tekanan darah sehingga mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Hal yang juga penting ialah berolahraga setidaknya 30 menit per hari, 5 kali seminggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada saat yang sama, pemerintah bisa mempromosikan kesehatan jantung dan menekan beban penyakit. Itu bisa dilakukan dengan cara, antara lain, membangun infrastruktur publik, seperti taman dan jalur pesepeda, mendorong kegiatan fisik, memberi edukasi gaya hidup sehat demi meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan individu membuat keputusan untuk hidup sehat.

Salah satu penyakit kardiovaskular yang menyebabkan banyak kematian ialah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah menyempitnya pembuluh darah arteri koroner akibat plak menumpuk di bagian dalam dinding pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang berfungsi menyuplai oksigen, dan zat makanan ke otot jantung. Karena menyempit, aliran darah pembawa oksigen dan zat makanan jadi terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian mendadak, gangguan irama jantung, ataupun gagal jantung.

Gaya hidup tak sehat, seperti banyak mengonsumsi makanan berlemak, merokok, minum alkohol, diabetes melitus, kegemukan, kurang berolahraga, dan stres, bisa menyebabkan timbunan plak. Faktor usia, jenis kelamin, dan keturunan jadi faktor risiko yang tak bisa dimodifikasi. Peluang PJK pada laki- laki lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi risiko pada perempuan jadi tinggi saat telah menopause.

Serangan jantung terjadi ketika kebutuhan oksigen pada jantung meningkat. Misalnya, ketika aktivitas meningkat, sedangkan aliran darah yang masuk tersumbat plak. Saat terjadi serangan jantung, plak bisa lepas dan menimbulkan gumpalan darah (trombus) yang kemudian menyumbat aliran darah.

Menurut Kepala Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSCM Eka Ginanjar, ketika serangan jantung terjadi, biasanya muncul gejala khas, seperti nyeri dada seperti tertindih benda berat yang menjalar ke punggung, lengan kiri, leher, rahang, hingga geraham. Pasien juga biasanya akan lemas, muncul keringat dingin, pucat, dan sesak.

Sayangnya, karena kurangnya pengetahuan, gejala itu disalahartikan masyarakat sebagai masuk angin atau angin duduk. Upaya yang biasanya dilakukan bukan segera berobat ke rumah sakit, melainkan malah menganggap biasa, memijat, atau mengeroki punggung mereka yang mengalami serangan jantung. Itu umumnya menyebabkan pasien serangan jantung terlambat dibawa ke RS sehingga nyawanya tak terselamatkan.

Padahal, dalam penanganan serangan jantung, ada periode emas, yakni dalam waktu 12 jam setelah terjadi serangan, pasien harus sudah mendapat tindakan medis. Bahkan, idealnya ada door to balloon atau waktu sejak pasien masuk instalasi gawat darurat hingga dipasang balon pada pembuluh darah tak lebih dari 90 menit.

Intervensi
Sebelum 12 jam, biasanya trombus atau bekuan dalam pembuluh darah belum mengeras sehingga lebih mudah disedot. Trombus akan dihilangkan lebih dulu dengan penyedotan ataupun dicairkan dengan obat. Selanjutnya, intervensi koroner perkutan primer (primary percutaneous coronary intervention/PCI) dilakukan. Intervensi itu jadi pilihan terbaik bagi pasien serangan jantung saat ini. Teknik itu disebut juga angioplasti koroner.

Tindakan PCI primer dilakukan dengan menyuntikkan anestesi lokal di pangkal paha atau tangan. Setelah melakukan sayatan minimal, dokter memasukkan selang kecil yang lentur (kateter) ke dalam pembuluh darah di kaki, pangkal paha, atau tangan. Dokter mengarahkan kateter ke lokasi sumbatan di jantung dengan bantuan tampilan bagian dalam pembuluh darah melalui layar komputer.

Setelah itu, kateter kedua yang lebih sempit dengan balon atau cincin di ujungnya dimasukkan ke kateter yang pertama. Ketika mencapai lokasi penyempitan, balon akan ditiup untuk melebarkan bagian pembuluh darah yang tersumbat. Setelah itu, stent dipasang untuk mempertahankan lebar pembuluh darah. Balon dikempiskan dan kateter ditarik sehingga stent ada di dalam pembuluh darah.

Jika penyumbatan terjadi di banyak tempat, operasi by pass jadi pilihan bagus. Pilihan dengan operasi besar itu mengambil pembuluh darah dari kaki atau tangan (pembuluh vena) untuk ditempatkan di jantung.

Menurut Eka, ke depan, terapi untuk serangan jantung akan terus berkembang. Salah satunya, memanfaatkan sel punca dari darah. Meski itu masih tahap riset, penanganan pasien serangan jantung dengan sel punca bisa dilakukan di RSCM.

Meski demikian, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia Ismoyo Sunu menekankan, daripada mengobati, mencegah penyakit jantung jauh lebih penting. Caranya, menghindari faktor risiko yang bisa dimodifikasi dan periksa kesehatan secara teratur.—ADHITYA RAMADHAN
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul “Tak Harus Berujung Kematian”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB