Pengendalian Terpadu Penyakit Menular Belum Berjalan

- Editor

Jumat, 1 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengendalian terpadu penyakit tular melalui vektor belum berjalan. Pengendalian terpadu seharusnya tak hanya memadukan semua metode pencegahan penyakit, tetapi juga keterpaduan sektor kesehatan dan sektor nonkesehatan. Sebab, masalah sektor non-kesehatan memengaruhi keberhasilan pengendalian vektor.

Hal itu tampak dari kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tak kunjung teratasi. “Pengendalian vektor tak hanya urusan Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan,” ucap Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Arif Sumantri pada temu media, Kamis (31/3), di Jakarta.

Pengendalian vektor jadi ranah utama Kemenkes dan dinas kesehatan, tetapi tak efektif jika sektor non-kesehatan tak berwawasan kesehatan karena birokrat sektor kesehatan tak berwenang mengurusi sektor lain. Contohnya, Kementerian Dalam Negeri berwenang mengurus otonomi daerah untuk mendorong kepala daerah aktif mengendalikan vektor. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memastikan konstruksi infrastruktur tak jadi tempat berkembang biak vektor penyakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia Boyke Arie Pahlevi mencontohkan, Kota Medan adalah daerah endemik DBD. Itu karena drainase kurang baik sehingga menjadi sarang nyamuk. Perbaikan drainase adalah ranah Dinas Bina Marga Kota Medan.

Regulasi spesifik
Misriyah, Kepala Subdirektorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, mengatakan, pemerintah punya Peraturan Menkes No 374/2010 tentang Pengendalian Vektor. Kerja sama sektor kesehatan dan non-kesehatan bisa mengacu pada Peraturan Pemerintah No 66/2014 tentang Kesehatan Lingkungan.

Namun, Peraturan Menkes No 374/2010 hanya berlaku di internal sektor kesehatan. Sementara PP No 66/2014 belum spesifik soal pengendalian vektor terpadu. Apalagi, Pasal 1 Ayat 12 menyatakan, yang dimaksud menteri di PP itu ialah Menkes.

Regulasi spesifik pengendalian vektor terpadu penting agar kasus DBD di Indonesia tak terus berulang. Sejak kasus pertama di Surabaya, Jawa Timur, pada 1968, tak ada kabupaten/kota bebas DBD. Menurut Kemenkes, pada 2015, 511 kabupaten/kota berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk vektor DBD, 90 persennya endemik DBD.

Untuk itu, menurut Boyke, pihaknya mengusulkan Peraturan Presiden tentang Pengendalian Vektor Terpadu. Pihaknya akan membahas hal itu bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia serta mengundang kementerian terkait. (JOG)
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Pengendalian Terpadu Belum Berjalan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB