Pengendalian Nyamuk Belum Terintegrasi

- Editor

Kamis, 18 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kunci mencegah penyebaran virus Zika ialah mengendalikan nyamuk Aedes aegypti, sama seperti pada demam berdarah dengue. Namun, itu sulit dilakukan karena pengendalian nyamuk penular penyakit itu tak terintegrasi dengan sektor di luar kesehatan.

“Kontrol vektor terintegrasi belum berjalan,” ucap Guru Besar Bidang Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Saleha Sungkar dalam Diskusi Panel Virus Zika, Rabu (17/2), di Jakarta.

Pembicara lain dalam diskusi itu adalah Koordinator Regional Kantor Regional Asia Tenggara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tjandra Yoga Aditama, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, dan dokter spesialis penyakit dalam pada Divisi Penyakit Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Leonard Nainggolan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Tjandra, merebaknya Zika di sejumlah negara jadi momentum mendorong warga mencegah perkembangbiakan vektor penyakit. “Ini momentum kontrol vektor. Toh, nyamuk Aedes harus dibasmi,” ucapnya.

Pentingnya membasmi nyamuk Aedes bagi Indonesia adalah untuk menekan kasus DBD. Selama Januari 2016, Kementerian Kesehatan mencatat 3.298 kasus DBD di Indonesia dengan jumlah kematian 50 kasus. Kejadian luar biasa DBD terjadi di 11 kabupaten/kota dengan 492 kasus dan 25 orang di antaranya meninggal. Sementara Zika belum menimbulkan kematian.

Menurut Amin, para ahli meyakini ada kaitan antara infeksi Zika dan kasus mikrosefalus pada bayi baru lahir serta sindrom saraf penyebab kelumpuhan sementara bernama Sindrom Guillain-Barré. Namun, hal itu belum cukup bukti ilmiah.

Sebenarnya, gejala infeksi Zika ringan dan bisa sembuh sendiri. Penularan ke manusia lewat nyamuk Aedes aegypti yang juga menularkan virus dengue. Jadi, pembenahan sistem pengendalian DBD sekaligus menekan potensi penularan Zika.

Kolaborasi
Terkait hal itu, kolaborasi sektor kesehatan dengan sektor lain jadi kunci pengendalian nyamuk penular Zika. Elemen kunci lain adalah advokasi dan edukasi, pembuatan kebijakan berbasis bukti, pendekatan terintegrasi, dan pembangunan kapasitas.

Namun, itu belum berjalan optimal. Selain sistem pembuangan sampah buruk, sosialisasi pencegahan DBD tak berkesinambungan, konstruksi infrastruktur tak dirancang mencegah perkembangbiakan nyamuk, dan taman belum memakai tanaman yang tak disukai nyamuk.

Secara terpisah, dokter spesialis penyakit dalam pada Divisi Tropik dan Infeksi FKUI/RSCM, Erni Juwita Nelwan, menjelaskan, pencegahan Zika dan DBD bisa dari hal sederhana di rumah. Misalnya, rutin menguras tempat penampungan air dan merapikan gudang. Gigitan nyamuk Aedes aegypti bisa dicegah dengan mengenakan baju bermotif terang.

Menurut Principal Architect Atelier Riri, Riri Novriansyah, DBD bisa dicegah lewat pendekatan desain rumah dan menanam tanaman beraroma tak disukai nyamuk, seperti lavender. “Nyamuk suka tempat lembap dan gelap. Jadi, perlu sirkulasi udara dan pencahayaan alami di rumah,” ujarnya. (JOG/C08)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Pengendalian Nyamuk Belum Terintegrasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB