Penelitian yang bermutu dan sesuai kebutuhan industri dan masyarakat merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan daya saing bangsa di tengah kancah global. Namun, upaya riset yang menghasilkan inovasi dan mendorong daya saing bangsa justru belum didukung anggaran yang menjanjikan.
Muhammad Dimyati, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti), dalam acara coffee morning bertajuk “Refleksi Satu Tahun Program dan Kinerja Kemristek dan Dikti” di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, belanja riset Indonesia baru sebesar 0,09 persen dari produk domestik bruto (PDB). Belanja riset di Malaysia sudah mencapai 1 persen, sedangkan Thailand sekitar 0,2 persen. Sekitar 74 persen anggaran penelitian di Indonesia masih mengandalkan dari APBN, sisanya dari luar negara.
Di tengah minimnya anggaran riset, Kemristek dan Dikti berupaya meningkatkan riset untuk menghasilkan publikasi ilmiah hingga inovasi untuk pengembangan industri dan masyarakat. Pada 2015, diupayakan 1.584 paten bisa terdaftar. Hingga September, baru terdaftar 999 paten. Adapun jumlah publikasi internasional cukup menjanjikan. Dari target 5.008 publikasi, tercapai 5.421 publikasi. “Kita perlu pelipatgandaan, termasuk anggaran riset,” kata Dimyati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan data di Scimago.com, publikasi ilmiah Indonesia (1996-2014) berada di urutan ke-57 dari 60 negara. Negara tetangga Singapura di urutan ke-32 (192.492 dokumen), Malaysia di urutan ke-36 (153.378 dokumen) dan Thailand di urutan ke-43 (109.832 dokumen).
Jumain Appe, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemristek dan Dikti, mengatakan, hasil-hasil penelitian harus diterapkan dalam industri atau masyarakat. Untuk itu, perlu keterkaitan dengan industri, perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat. “Kita perlu mendorong inovasi dengan meningkatkan kegiatan litbang di perusahaan, kolaborasi industri, perguruan tinggi, dan masyarakat,” kata Jumain.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir mengatakan, perguruan tinggi dan riset harus diperkuat agar menghasilkan inovasi yang dapat meningkatkan daya saing bangsa.(ELN)
——————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 November 2015, di halaman 11 dengan judul “Anggaran Masih Belum Menjanjikan”.