Pengelolaan Gambut; “Bom Waktu” Bernama Kanal Sekat

- Editor

Sabtu, 17 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembuatan kanal sekat di masa kritis dengan maksud mendistribusikan air ke embung untuk membasahi gambut di saat terbakar sangatlah rentan. Itu mensyaratkan perawatan intensif agar tak justru menimbulkan kekeringan ataupun gangguan hidrologi pada masa mendatang. Untuk itu, pembagian tugas sesuai keberadaan kanal sekat dan sekat kanal penting dipetakan agar tiap pihak jelas tanggung jawabnya.

“Kanal sekat ini harus dipelihara, jangan rusak. Bahaya,” kata Raffles Brotestes Panjaitan, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa di Jakarta.

Perawatan kanal penting, terutama pada sekat-sekat kanal yang dibangun agar air sungai masuk saat pasang. Jika sekat kanal itu lepas, air gambut malah terkuras ke sungai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemeliharaan kanal disesuaikan lokasi. Apabila lokasi di areal perusahaan, perawatan tanggung jawab manajemen. Apabila di area penggunaan lain atau lahan warga, tanggung jawab pemda. Apabila kanal di hutan konservasi, unit pelaksana teknis KLHK yang memeliharanya. “Pemda, terutama provinsi, harus merawat. Dana sudah dianggarkan,” kata Raffles. Dana alokasi khusus kehutanan dan lingkungan Rp 4 miliar per kabupaten.

Pemda agar memberdayakan warga lokal atau membentuk masyarakat peduli api untuk memelihara kanal sekat dan sekat. Pelibatan masyarakat, katanya, sukses dalam praktik pembuatan sekat kanal di Sei Tohor, Kepulauan Meranti, Riau.

Di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, progres pembuatan kanal sekat dan embung di Kelurahan Guntung Payung mencapai lebih dari 95 persen. Untuk pembuatan kanal sekat 9.000 meter, terealisasi 8.500 meter, dan pembuatan 90 embung terealisasi 84 embung.

“Sesuai instruksi Presiden, pembuatan sekat kanal dan embung itu salah satu cara meminimalkan dampak kebakaran hutan dan lahan gambut. Dengan sekat kanal, air dari kali dialirkan ke kanal dan embung sehingga lahan gambut selalu basah dan ada airnya,” kata Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Benny Indra Pujihastono saat meninjau pembuatan kanal.

Kanal sekat dan embung dibuat sesuai instruksi Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Kalimantan Tengah, 24 September. Tujuannya agar gambut tetap basah dan tersedia air untuk pemadaman. Di Kabupaten Pulang Pisau, misalnya, dibangun 28 embung ukuran 10 meter x 10 meter dan dua embung berukuran 30 meter x 30 meter.

Pembuatan kanal sekat dan embung itu meliputi pengerukan dan pembersihan 7 km kanal di kedua sisi Jembatan Tumbang Nusa dan pembuatan 28 sekat kanal kecil (tali air) berupa papan kayu berukuran 2 meter x 1,5 meter. Sekat dipasang di parit penghubung antara kanal utama dan embung. Parit penghubung itu lebarnya 2 meter, panjang 300 meter.

Direktur Save Our Borneo Nordin mengatakan, sekat kanal yang hanya berupa papan kayu tak akan optimal menahan air yang ada di dalam embung. “Sekat itu paling lama bisa bertahan 2-3 bulan. Dikhawatirkan, saat Sungai Kahayan surut, air di area gambut ini justru habis menuju sungai dan gambut kembali kering serta rentan terbakar,” katanya.

Nordin juga menyampaikan, pembuatan embung untuk menyediakan sumber air untuk pemadaman memang diperlukan. Namun, saat ini titik api berjarak 3-5 kilometer dari lokasi embung. “Seharusnya dibuat sumur-sumur bor di lokasi rawan kebakaran. Untuk mengelola lahan gambut, sekat kanal tidaklah cukup, tetapi kanal yang ada harus diblok atau ditimbun total agar air dalam gambut tidak mengalir ke sungai,” paparnya.

Berkaca pada program lahan gambut sejuta hektar, tanpa konsistensi dan disiplin pengawasan, kanal sekat adalah “bom waktu”. (ICH/ISW/DKA/JUM)
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “”Bom Waktu” Bernama Kanal Sekat”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB