Peneliti Sambut DIPI

- Editor

Jumat, 1 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Riset Fundamental Terjamin Berkelanjutan
Kehadiran lembaga Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia disambut harapan baik peneliti karena skema pendanaannya menjamin keberlanjutan riset fundamental. Selama ini, peneliti terkekang skema pertanggungjawaban penggunaan anggaran pemerintah yang kaku dan hanya untuk setahun.

“Senang sekali karena lembaga penelitian di Indonesia selama ini setengah mati cari dana,” kata peneliti senior di Unit Hepatitis Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Meta Dewi Thedja, saat dihubungi Kamis (31/3). Menurut dia, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pun sulit diandalkan. Apalagi jika ada pemotongan anggaran, bidang riset sering dikorbankan.

DIPI merupakan lembaga independen di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia yang khusus mendanai riset fundamental. Pendanaan bisa untuk tahun jamak dan peneliti tak perlu membuat laporan keuangan rinci karena pengelolaan dana berbeda dengan rezim APBN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Eksekutif DIPI JW Saputro menjelaskan, riset fundamental sebenarnya sama dengan riset dasar, yaitu penelitian untuk mendapat kebaruan di bidang ilmu pengetahuan tertentu, termasuk kaidah, model, dan teori baru. Bedanya, riset fundamental strategis untuk mencari solusi masalah bangsa. Tanpa riset fundamental, inovasi dan solusi strategis tak akan diperoleh.

Meta mencontohkan, LBM Eijkman turut menghasilkan obat dan vaksin hepatitis B bagi Indonesia. Di Indonesia, 28 juta orang diperkirakan terinfeksi hepatitis, dengan 14 juta orang di antaranya menjadi kronis dan 1,4 juta kasus berkembang menjadi sirosis dan kanker. Lebih kurang 14.000 orang meninggal per tahun karena hepatitis (Kompas, 26/8/2015).

Eijkman menargetkan bisa menghasilkan obat dan vaksin yang cocok terhadap strain virus hepatitis B di Indonesia. Obat dan vaksin selama ini cukup efektif. Namun, kemungkinan masih ada virus “lolos” dan menimbulkan penyakit mengingat obat dan vaksin berdasarkan strain virus luar negeri.

Namun, sebelum itu, peneliti LBM Eijkman harus menyelesaikan riset fundamental dulu, yaitu pemetaan keanekaragaman genetika virus hepatitis B di Indonesia. Itu karena terkait dengan keanekaragaman etnis yang berjumlah 350 populasi etnis di Tanah Air. Sekitar sepuluh tahun ini, peneliti baru mengumpulkan sampel dari hampir 60 populasi etnis di Indonesia.

Meta menargetkan sampel dikumpulkan dari setidaknya 40 persen populasi etnis atau sekitar 140 populasi etnis.

DIPI pertama
Peneliti geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, pun menyambut positif mengingat Indonesia belum pernah punya lembaga semacam DIPI. Ia menyebutkan, Amerika Serikat sudah memiliki lembaga pendanaan riset berkelanjutan, yaitu National Science Foundation, serta Singapura dengan National Research Foundation.

Ia menunggu informasi lanjutan dari DIPI terkait dengan prosedur pengajuan proposal riset. Salah satu yang ingin diajukan Danny adalah riset arkeogeologi, yaitu penerapan ilmu sains dalam riset arkeologi, khususnya melanjutkan riset seperti pada situs Gunung Padang. Penelitian itu memindai bawah permukaan tanah dengan uji geomagnet, yang selama ini belum terlalu dimanfaatkan dalam arkeologi.

Tujuannya, membuktikan dugaan bahwa masa sejarah (mulai ditemukan budaya tulis) bangsa Indonesia sudah lebih tua daripada yang selama ini diyakini.

Dihubungi terpisah, peneliti herpetologi (mempelajari reptil dan amfibi) LIPI, Amir Hamidy, mengatakan, skema pendanaan DIPI yang fleksibel lebih sesuai dengan cara kerja peneliti yang menghadapi ketidakpastian di lapangan. Ia mencontohkan, dalam ekspedisi LIPI ke Pulau Enggano, Bengkulu, tahun lalu, biaya mengacu pada penetapan biaya untuk kegiatan di Provinsi Bengkulu.

Patokan itu memberatkan karena biaya di pulau samudra tersebut beberapa kali lipat dibandingkan dengan di Kota Bengkulu. Harga bensin yang saat itu Rp 6.800 per liter menjadi Rp 15.000 per liter di Enggano. Persoalan di luar substansi masalah tersebutlah yang banyak menyita fokus penelitian. (JOG)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Peneliti Sambut DIPI”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB