Pencegahan DBD Perlu Berbasis Keluarga

- Editor

Kamis, 16 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyebaran demam berdarah dengue di Indonesia terus terjadi. Untuk itu, pemerintah mengubah paradigma pencegahan dari pendekatan berbasis komunitas jadi berbasis keluarga lewat gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik atau jumantik. Hal itu untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit tersebut.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh menyatakan hal itu pada peringatan Hari Dengue ASEAN 2016, di Jakarta, Rabu (15/6). Acara itu juga dihadiri kepala dinas kesehatan beberapa kabupaten dan kota.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hampir 390 juta orang di dunia terinfeksi DBD per tahun. Asia Pasifik menanggung 75 persen beban penyakit itu pada 2004-2010. Indonesia jadi negara kedua dengan kasus DBD terbesar di antara 30 negara endemis dengan beban ekonomi lebih dari 300 juta dollar AS (sekitar Rp 3,9 triliun).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejauh ini pengendalian nyamuk Aedes aegypti sulit dilakukan. Dalam tiga tahun terakhir, ada 112.511 kasus DBD, 871 orang di antaranya meninggal. Angka itu turun pada 2014 dengan 71.668 pasien dan 641 orang meninggal. Pada 2015, kasus DBD naik jadi 129.179 orang, 1.240 orang di antaranya meninggal.

Tekan kasus
“Gerakan satu rumah satu jumantik untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat DBD dengan meningkatkan peran dan pemberdayaan warga berbasis keluarga untuk pencegahan. Implementasinya terserah kreasi daerah,” ujarnya.

Kader jumantik keluarga dinilai lebih efektif memeriksa sumber jentik nyamuk daripada jumantik tingkat RT/RW. Sebab, anggota keluarga tahu lokasi genangan air dan bisa masuk ke seluruh isi rumah.

Kota Tangerang Selatan, Banten, jadi daerah percontohan program satu rumah satu jumantik sejak Juni 2016. Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengatakan, setiap rumah ditempeli stiker berisi instruksi pencegahan DBD.

Menurut Ketua Kelompok Penasihat Teknis Indonesia terkait Imunisasi Sri Rezeki Hadinegoro, fasilitas umum berpotensi menjadi sarang nyamuk. (C09)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Pencegahan Perlu Berbasis Keluarga”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB