Pemijahan Tuna; Solusi Turunkan Tekanan di Alam

- Editor

Selasa, 27 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

main_tuna_03191Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil memijahkan ikan tuna sirip kuning di luar habitatnya. Pemijahan itu awal dari pembudidayaan ikan jenis pelagis sehingga mengurangi tekanan di alam.


Penelitian unit pelaksana teknis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol di Bali itu dirintis tahun lalu. Dari pemijahan perdana pekan lalu, dihasilkan sekitar 10 juta embrio tuna.

”Dua bulan lagi terlihat bentuk tunanya,” kata Achmad Poernomo, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang membawahkan BBPPBL, Senin (26/1) di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pencapaian itu, menurut Achmad Poernomo, menjadikan Indonesia negara pertama yang membudidayakan tuna dari tahap pemijahan. Ikan pelagis itu sulit dibudidayakan karena berkarakter penjelajah.

Selama ini, ikan tuna (Thunnus albacares) didapat dengan penangkapan di alam. Hal itu mengakibatkan populasi di perairan Indonesia terancam.

Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), status eksploitasi tuna jenis albacore, madidihang, mata besar, dan tuna sirip biru selatan sangat mengkhawatirkan. Statusnya tereksploitasi penuh (fully exploited) hingga tereksploitasi berlebih (over-exploited). Hanya tuna jenis cakalang yang tereksploitasi sedang (moderate).

Indonesia tercatat punya potensi ikan tuna terbesar di dunia. Produksinya mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai penjualan Rp 6,3 triliun per tahun.

Penurunan produktivitas
Sebanyak 70 persen tangkapan ikan tuna Indonesia diekspor ke Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Komoditas ini menghadapi tantangan penurunan produktivitas, ukuran yang mengecil, dan daerah penangkapan ikan yang cenderung ke laut lepas.

Achmad mengatakan, kondisi itu mendorong para penelitinya menemukan metode pembiakan yang tidak bergantung pada alam. Metode tersebut dijalankan BBPPBL sejak tahun 2013.

Tim peneliti menggunakan satu unit keramba jaring apung berdiameter pelampung 50 meter, ukuran mata jaring 2,5 inci. Kedalaman jaring 9 meter.

Calon induk diperoleh dari perairan Laut Bali utara sebanyak 114 ekor berukuran 0,5-1 kilogram. Tuna dianggap sebagai indukan jika berukuran 20-30 kilogram dengan waktu pemeliharaan satu tahun.

Di keramba jaring apung, peluang hidup indukan tuna mencapai 80 persen. Makanan diberikan dua kali sehari. Pakan berprotein tinggi itu dibuat dari ikan layang dan cumi-cumi dengan rasio 1:1 dan vitamin 2,5 persen dari jumlah pakan ikan.

Pemijahan pertama 21 Januari 2015 sebanyak 400.000-500.000 butir. ”Keberhasilan dalam pemijahan karena tim peneliti terus melakukan pengkajian teknologi, baik konstruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan, dan pengelolaan pakan dan air,” katanya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Long Line Indonesia Dwi Agus mengapresiasi pencapaian pemijahan tersebut. Namun, peralihan pelaku usaha penangkapan tuna ke budidaya tuna dinilai sulit. Investasi awal budidaya tuna dinilai jauh lebih mahal dibandingkan dengan perikanan tangkap dengan tingkat keberhasilan perlu dibuktikan.

Di dunia, budidaya tuna yang berhasil baru di Australia, tetapi sebatas pembesaran. Adapun di Jepang, budidaya tuna untuk pembesaran tuna masih tahap awal. (ICH/LKT)

Sumber: Kompas, 27 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB