Pacu Kebiasaan Menulis di Jurnal Internasional

- Editor

Rabu, 24 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menulis makalah ilmiah untuk diterbitkan di dalam jurnal internasional bermutu tinggi belum menjadi budaya bagi akademisi dan peneliti Indonesia. Padahal, selain mengharumkan nama bangsa, penerbitan makalah juga bisa menjadi sumber rujukan ilmiah dalam mencari solusi berbagai persoalan.

Terry Mart, dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ketika menjadi narasumber pada lokakarya “Penguatan Penelitian dan Publikasi Ilmiah” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (23/2), menjelaskan, dari pihak pemerintah dan perguruan tinggi (PT) pada tahun-tahun sebelumnya kurang memberikan insentif kepada para peneliti.

“Kalaupun ada hibah penelitian, pertanggungjawaban yang diminta sekadar penggunaan uang hibah,” kata Terry.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mengungkapkan, hasil penelitian PT di Indonesia banyak yang berakhir di ruang penyimpanan, tidak dilanjutkan ke tahap komersialisasi atau diumumkan ke tingkat global. Padahal, jika tidak dimasukkan ke dalam jurnal internasional yang bermutu, mustahil akan diketahui penelitian tersebut sudah memenuhi standar internasional bidang keilmuan yang bersangkutan.

Menurut dia, semestinya pemerintah meminta jaminan bahwa peneliti yang diberi hibah bisa memberikan balasan berupa publikasi internasional, paten, hak kekayaan intelektual, atau komersialisasi hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan tertantang dan fokus guna menghasilkan sesuatu yang produktif.

Wajib meneliti
Narasumber lain, Direktur Riset dan Program Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ocky Karna Radjasa menjelaskan, pemerintah melakukan program hilirisasi dan komersialisasi riset. Dosen diberi hibah penelitian oleh kementerian ataupun PT dan diwajibkan melakukan penelitian. “Jika dalam jangka waktu tertentu dosen tidak melakukan penelitian dan menerbitkannya, posisi dia sebagai pengajar bisa dilepas,” ujarnya.

Ocky menuturkan, penelitian bisa dilakukan dalam bentuk pengabdian masyarakat di dalam mencari jalan keluar persoalan yang dihadapi oleh khalayak Indonesia ataupun wilayah tertentu. Peneliti juga bisa memilih untuk memuat hasil penelitian ke dalam jurnal internasional, mematenkannya, mengomersialisasikan, atau menjadikannya dasar bahan kuliah.

Rektor UNJ Djaali menjelaskan, pihaknya menerapkan pola kebijakan, yaitu dosen mengambil porsi 9 satuan kredit semester (SKS) untuk mengajar dan 3 SKS untuk meneliti. (DNE)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Pacu Kebiasaan Menulis di Jurnal Internasional”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB