Thee Kian Wie, Staf Ahli Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, meninggal dunia pada usia 78 tahun, Sabtu (8/2) pukul 05.33, di Jakarta. Sepanjang hidupnya, sosok yang dikenal sebagai pakar sejarah ekonomi dan perkembangan industri itu banyak berkontribusi terhadap perkembangan ilmu ekonomi di Indonesia.
Jenazah Thee disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat, dan menurut rencana akan dikremasikan Senin pukul 12.00, di Krematorium Oasis, Jakarta. Sebelumnya, jenazah akan mendapat penghormatan semua peneliti di LIPI.
Dua pekan sebelumnya, Thee sakit dan dibawa ke Rumah Sakit St Carolus, Salemba, dengan dugaan gangguan pada lambung. Selang lima hari dirawat di intensive care unit (ICU), pada Selasa akhir Januari lalu, Thee mulai merasa tidak betah dan meminta pulang.
Kamis (6/2), kendati baru beberapa hari keluar dari rumah sakit, Thee tetap beraktivitas ke luar rumah, seperti ke kantor LIPI. Keesokan harinya, ia juga ke Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, membelikan setangkai anggrek sebagai hadiah ulang tahun untuk istrinya, Cecilia Martina Tandean.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Pada pukul 05.15, Sabtu, tiba-tiba bapak terjatuh saat mau ke kamar mandi, lalu tidak sadar diri. Padahal, semalam sebelumnya ia masih terlihat semangat, tidak seperti orang yang sedang sakit. Saat dipasangi alat pengukur detak jantung (elektrokardiografi/EKG) di rumah sakit, ternyata sudah meninggal,” kata Cecilia. Penyebab kematian Thee diduga akibat stroke.
Menurut peneliti ekonomi LIPI, Siwage Dharma Negara, Thee Kian Wie adalah pribadi peneliti yang dekat dengan para peneliti muda. ”Kami tidak memanggil beliau dengan sebutan ’bapak’, tetapi ’Kian Wie’,” kata Siwage.
Siwage melihat bagaimana Thee berusaha menjadi sahabat bagi semua peneliti muda di bidang ekonomi LIPI. Thee tidak segan membagikan makalah penelitian-penelitiannya kepada peneliti muda. Tujuannya adalah mengajak para peneliti muda untuk terus meneliti.
Anjuran studi ke luar negeri barangkali menjadi ciri khas Thee. ”Saya ingat, Thee selalu bilang kepada peneliti muda bahwa belajar ke luar negeri itu kewajiban,” ujar Taufik Abdullah yang pernah menjadi atasan Thee di LIPI.
Sejumlah peneliti LIPI, peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, kolega, saudara, dan Wakil Presiden Boediono datang ke rumah duka RS PGI Cikini. Boediono tiba di rumah duka sekitar pukul 12.00. Dia berdoa di depan peti jenazah dan berbicara sebentar dengan istri almarhum.
Romo Franz Magnis-Suseno menyebut bahwa Thee adalah sosok ilmuwan yang sempurna, berintegritas, kompeten, dan selalu memajukan ilmu pengetahuan Indonesia. Jarang ada peneliti yang menekuni sejarah ekonomi Indonesia. Penelitian sejarah ekonomi dianggap kurang menghasilkan uang. Namun, Thee Kian Wie memilih sebaliknya. (A05/A06)
Sumber: Kompas, 9 Februari 2014