Menengok “Karoseri Bus Angkasa”

- Editor

Minggu, 7 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di Kompleks Airbus, Toulouse-Blagnac, Perancis., Selasa 16 Mei menjelang pukul 16.00 Enam pesawat A380 berderet sekitar 500 meter dari hanggar perakitan. Di antara deretan pesawat berkapasitas lebih dari 800 tempat duduk itu, ada yang pesanan maskapai Emirates dan Qatar Airways terlihat dari logo pada ekor.

Tubuh pesawat masih bercat putih dan bagian jendela tertutup plastik. Pesawat itu jelas belum bisa dioperasikan karena baru selesai dirakit. Dari Toulouse, pesawat akan diterbangkan ke Hamburg, Jerman, untuk pemasangan kursi, interior, dan pengecatan. Setelah itu, pesawat terbang kembali ke Toulouse untuk pemeriksaan akhir, sertifikasi, dan pelunasan pembayaran sebelum dibawa oleh pemesan atau pembeli.

Pesawat A380 merupakan burung besi terbesar pengangkut penumpang. Namun, A380 dengan empat mesin masih kalah besar dibandingkan dengan sang raksasa terbang Antonov An-225 Mriya buatan Rusia. Pesawat An-225 dengan enam mesin lebih berfungsi sebagai pengangkut kargo-kargo ukuran jumbo atau bukan penumpang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di dalam hanggar perakitan, kalangan jurnalis dari Indonesia, Australia, Perancis, dan Inggris terperangah melihat sayap disatukan ke tubuh A380 yang masih bercat hijau, warna dasar. Hidung pesawat berupa bundaran merah, seperti sasaran panah atau hidung manusia saat terkena pilek berat. Suara tak terlalu bising dan tak terlalu banyak pegawai hilir mudik. Untuk merakit A380 diperlukan 150-180 pekerja dan perakitan menghabiskan waktu kurang dari seminggu.

Selepas dari hanggar, kami berpindah ke mock-up centre, ruang pameran interior pesawat buatan Airbus yang merupakan gabungan perusahaan dirgantara di Eropa. Di sana, calon konsumen diperlihatkan sejumlah model konfigurasi interior untuk A320, A330, A350, dan A380. Namun, di sini, kami tak boleh memotret dengan alasan konfigurasi merupakan sesuatu yang cukup rahasia.

Untuk A380, pesawat ini dapat menampung 850 kursi penumpang ekonomi. Namun, jika dibuat tiga konfigurasi kelas, pesawat ini dapat menampung 555 kursi. Untuk kelas 1, sampai bisa dibuatkan kabin sendiri dengan kamar mandi bersama model pancuran bahkan ruang sauna. Jika diperlukan, bisa juga dibuatkan kamar judi, permainan, bar, perpustakaan, dan bioskop mini. Itu belum termasuk kabin khusus untuk kru melepas penat dan letaknya cukup “tersembunyi” atau di luar akses penumpang.

Pesawat A380 selesai diproduksi dan dioperasikan pada 2007. Sedekade lalu, baru satu pesawat A380 yang telah digunakan. Namun, satu dasarian terakhir, Airbus telah menerima 317 pesanan A380. Sampai Mei 2017, sudah 212 pesawat A380 yang dioperasikan sejumlah maskapai dunia.

Persaingan
Lomba membuat pesawat yang lebih besar atau mangkus dan singkil tak akan pernah berhenti. Sedekade selepas Perang Dunia II usai pada 1945, pesawat komersial dibuat terus membesar. Persaingan menguasai angkasa akan lebih panas dan sengit pada masa mendatang. Boeing dan Airbus yang disebut duopoli dirgantara dunia mulai tahun ini ditantang negara adidaya Rusia lewat proyek Irkut MC-21 dan China lewat proyek Comac C-919. Rusia dan China bahkan bersatu menantang deretan burung besi kelas menengah buatan Boeing (AS) dan Airbus (Eropa) dengan proyek Comac C929.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO–Badan pesawat Airbus A380 dipajang di Mock-Up Centre Airbus di Toulouse, Perancis, Selasa (16/5). A380 merupakan pesawat komersial berbadan besar terbaru yang diproduksi oleh Airbus. Dari 317 pesanan, 210 pesawat A380 telah dikirim dan dioperasikan di 18 maskapai terkemuka dunia.

Jika ingin tetap terdepan dalam bisnis penerbangan, Airbus tak boleh terlena. Lalu lintas udara meningkat dua kali lipat setiap 15 tahun. Setiap tahun, penumpang naik 5 persen. Pada 2035, dunia membutuhkan hampir 33.000 pesawat baru. Nilai bisnis penerbangan diperkirakan 5 triliun dollar AS atau Rp 67.000 triliun.

Dalam catatan Airbus, saat ini ada sekitar 3,6 miliar penumpang pesawat. Selain itu, 50,5 juta ton kargo yang diterbangkan. Kedirgantaraan menampung hampir 63 juta pekerja pendukung. “Kedirgantaraan akan terus membesar dan menjadi bisnis yang amat menggiurkan tentunya,” kata Gregor Dirks, Innovations Dashboard and Learning Process Manager Building Airbus.

Untuk memenangi pertarungan, Airbus tak boleh eksklusif, tetapi inklusif. Airbus harus memanfaatkan keberagaman latar belakang pekerja. Saat ini, Airbus mempekerjakan 134.000 pegawai dengan lebih dari 100 kewarganegaraan. “Keberagaman merupakan DNA kami,” ujar Executive Vice President Engineering Airbus Helicopters Jean Brice Dumont.

Klaim itu mungkin tak sepenuhnya berlebihan. Pada prinsipnya, Airbus adalah perusahaan Eropa, yakni gabungan industri dirgantara Perancis, Jerman, Inggris, dan Spanyol. Konstruksi atau pembuatan bagian- bagian pesawat pun tak berlangsung di satu negara, tetapi di keempat negara.

Dengan memercayai keberagaman dan inklusivitas, selama setengah abad, Airbus telah memproduksi lebih dari 17.100 pesawat atau produksi bulanan 60 unit. Airbus telah memenuhi angkasa dengan lebih dari 25.000 penerbangan setiap hari. Pesawatnya lepas landas setiap 1,5 detik di seluruh penjuru dunia. Airbus memegang pesanan senilai 1,06 triliun euro dan rata-rata menangguk pendapatan tahunan 67 miliar euro. Airbus memimpin Eropa dalam program luar angkasa, bahkan transportasi untuk misi khusus dan perang serta helikopter.–AMBROSIUS HARTO
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juni 2017, di halaman 26 dengan judul “Menengok “Karoseri Bus Angkasa””.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB