“Anak yang diimunisasi akan mendapatkan kekebalan dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis imunisasi yang dilakukan”
KITA sering mendengar, bahkan mengalami sendiri imunisasi, yaitu pemberian substansi ke dalam tubuh manusia sehingga kebal terhadap suatu penyakit tanpa perlu menderita penyakitnya terlebih dahulu. Umumnya imunisasi diberikan pada anak-anak karena daya tahan tubuh mereka masih rentan, belum mengenal berbagai penyakit.
Ada dua jenis imunisasi, aktif dan pasif. Imunisasi aktif semacam memasukkan bakteri/ virus yang mati atau lemah ke dalam tubuh, dengan harapan tubuh akan merespons dan mengenalinya sebagai zat asing dan membentuk kekebalan terhadapnya. Adapun imunisasi pasif adalah memasukkan kekebalan dalam tubuh yang bersifat instan sehingga tubuh tidak perlu membentuknya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengapa harus imunisasi? Indonesia merupakan negara berkembang di daerah tropis, dan lingkungannya pas untuk perkembangan mikroorganisme. Paparan terhadap berbagai benda asing tersebut tak mungkin dapat dihindarkan dari tubuh, terbukti dengan angka penyakit infeksi di Indonesia yang masih tinggi.
Imunisasi setidaknya dapat membantu mengatasi masalah ini. Dengan imunisasi, agen penyakit akan lebih mudah dikalahkan oleh tubuh sehingga angka kesakitan menurun, dan pada akhirnya mencegah terjadinya endemi maupun outbreak penyakit.
Di samping itu, pemerintah telah menetapkan program lima imunisasi dasar, dan agen imunisasinya disubsidi oleh pemerintah dengan harapan orang tua tidak keberatan membawa anaknya ke posko-posko imunisasi. Lima imunisasi dasar itu adalah BCG, DPT, polio, hepatitis B, dan campak.
Imunisasi diberikan sejak dini pada anak-anak karena pada usianya banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Penyakit yang dimaksud dapat berakibat fatal jika sampai diderita oleh anak. Waktu pemberian imunisasi disesuaikan dengan pola penyakit yang biasa menyerang anak pada usia tertentu sehingga penyakit tersebut tidak punya kesempatan menyerang tubuh anak.
Apa keuntungan imunisasi? Anak yang diimunisasi akan mendapatkan kekebalan dari penyakit tertentu sesuai jenis imunisasi yang dilakukan. Kebal di sini bukan berarti sama sekali tidak akan menderita penyakit tersebut, namun, dalam skenario terburuk, jika sampai menderita maka kualitas penyakit tersebut tidak akan seberat pada anak yang belum pernah mendapatkan kekebalan apapun dari penyakit yang bersangkutan.
Sepeti kita ketahui, anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan yang akan sangat menentukan masa depannya, penyakit yang berat tentunya akan sangat mengganggu proses ini, yang ke nantinya akan berpengaruh pada kehidupannya yang akan datang.
Tidak Berbahaya
Bagaimana jika seorang anak tidak diimunisasi? Ada dua kemungkinan yang terjadi pada anak yang tidak diimunisasi. Pertama; anak yang tidak pernah kontak dengan semua penyakit itu, akan tetap sehat dan tidak memiliki masalah. Kedua; anak yang terpapar agen penyakit, akan dengan mudah terserang penyakit karena sebelumnya belum memiliki kekebalan yang melawan penyakit tersebut. Responsnya bergantung pada daya tahan si kecil. Jika daya tahannya baik, tubuh akan mengalahkan penyakit dan membentuk kekebalan alami terhadap penyakit tersebut, namun jika daya tahannya kurang baik tentunya anak akan sakit, bahkan kualitasnya akan cukup berat dan dapat mengancam jiwa.
Mitos tentang bahaya imunisasi, benarkah? Imunisasi tidak berbahaya bagi anak yang sehat secara umum, meskipun pada anak-anak tertentu memang dilarang mendapatkan imunisasi. Kondisi anak yang tidak boleh menerima imunisasi tersebut sangat jelas dan akan dijelaskan kembali oleh tenaga medis yang akan memberikan imunisasi. Bukti mengenai efek negatif lain dari imunisasi yang banyak didesas-desuskan juga tidak terbukti secara ilmiah, jadi hal tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Apakah kita mau menempatkan orang-orang yang kita sayangi dalam risiko terkena penyakit, sementara sebenarnya kita mampu melakukan usaha yang lebih baik untuk mencegahnya? (10)
dr Setya Dipayana, dokter fungsional Pemprov, Sekretaris PD XI FKPPI dan Bendahara Umum KNPI Jawa Tengah
Sumber: Suara Merdeka, 8 Oktober 2011