Manfaat dan Dampak PLTN Tidak Sebanding

- Editor

Jumat, 18 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembangkit listrik tenaga nuklir hanya memberi manfaat bagi masyarakat selama 40 tahun. Sementara dampak buruknya mengintai hingga paling sedikit 24.000 tahun. Daripada bertumpu pada nuklir, Indonesia masih punya banyak pilihan lain untuk mengatasi defisit listrik.

Demikian rangkuman diskusi ”Manfaat Pembangunan PLTN di Bangka Belitung”, Kamis (17/3) di Pangkal Pinang. Ketua Masyarakat Rekso Bumi (Marem) Jepara Lilo Sunaryo, ahli nuklir Iwan Kurniawan, dan Peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional M Subekti hadir sebagai pembicara. Diskusi juga dihadiri warga desa yang rencananya desanya sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Lilo menuturkan, usia produktif PLTN rata-rata hanya 40 tahun. Sementara usia paruh plutonium yang menjadi bahan bakar PLTN 24.000 tahun. ”Artinya, butuh 24.000 tahun untuk mengurangi separuh daya ra- dioaktif plutonium. Tidak ada bangunan di Bumi ini mampu bertahan selama itu. Jadi, akan disimpan di mana limbah ra- dioaktif dari PLTN,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menguraikan, PLTN batal dibangun di Jepara antara lain karena warga setempat menolak. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mensyaratkan persetujuan masyarakat di lokasi pembangunan sebelum PLTN dibangun.

”Kami memikirkan potensi kecelakaan. Dari 430 PLTN, sampai hari ini sudah tiga yang meledak. Terakhir terjadi di Fukushima dan masih berlangsung. Belum lagi kalau menghitung kebocoran-kebocoran,” ujarnya.

Lilo mengingatkan, Indonesia tidak perlu meniru Jepang atau negara-negara lain untuk mengatasi defisit listrik. Jepang membangun PLTN karena mereka tidak punya sumber energi alternatif. ”Indonesia punya 27 gigawatt potensi panas bumi. Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat AL Gore sampai menyebut Indonesia superpower panas bumi,” tuturnya. (RAZ)

Sumber: Kompas, 18 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB