Mahasiswa Jadi Pusat Pembelajaran

- Editor

Selasa, 1 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penerapan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student center learning/SCL) harus dikembangkan di kawasan ASEAN. Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa merupakan bagian dari penjaminan mutu pendidikan tinggi.

Wartawan Kompas,Ester Lince Napitupulu, melaporkan, pentingnya penerapan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa terungkap dalam dialog kebijakan ke-2 program European Union Support to Higher Education in ASEAN Region (SHARE), di Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand, Jumat (26/2). Kegiatan ini diadakan oleh konsorsium yang dipimpin British Council.

Teoh Ming Kwang dari National University of Singapore mengatakan, pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa merupakan tantangan bagi perguruan tinggi (PT) di kawasan ASEAN. Mengingat cukup banyak PT di Asia Tenggara yang memiliki mahasiswa dalam jumlah besar saat perkuliahan berlangsung, tidak mudah bagi institusi-institusi pendidikan tinggi di kawasan itu untuk menerapkan SCL.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut dia, dengan adanya dorongan untuk menerapkan integrasi sistem pendidikan tinggi, layanan pendidikan kepada mahasiswa perlu diutamakan.

Hendrawan Soetanto, Staf Ahli Pembantu Rektor I Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, mengatakan, para dosen di Indonesia sudah mulai mendapatkan pelatihan mengenai SCL. Namun, tetap diperlukan dorongan yang besar bagi dosen dan perguruan tinggi agar mereka terus mengutamakan layanan pendidikan tinggi yang bermutu kepada mahasiswa.

“Untuk mengubah cara mengajar tradisional tentu saja tidak mudah. Namun, upaya untuk memberikan pembelajaran yang mendorong mahasiswa aktif harus diterapkan,” kata Hendrawan yang merupakan wakil dari Indonesia dalam kegiatan SHARE di Bangkok.

Wakil Presiden European Students Union Blazhe Todorovski mengungkapkan, dalam proses integrasi sistem pendidikan tinggi di Uni Eropa, perwakilan mahasiswa dilibatkan. Aspirasi mahasiswa sebagai pihak yang dilayani harus didengarkan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pembelajaran yang diberikan kepada para mahasiswa dapat sungguh-sungguh membantu mereka menghadapi tantangan di masa depan.

Ahli pendidikan tinggi profesional pada European Association of Institutions in Higher Education (EURASHE), Sylvie Bonichon, mengatakan, para pendidik tidak bisa hanya mengajarkan dan menganggap mahasiswa tidak tahu apa-apa. Bagaimanapun, para mahasiswa memiliki pengalaman dan latar belakang pengetahuan yang beragam.

Menurut dia, para mahasiswa harus didorong untuk berkembang menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dengan menjadi pembelajar sepanjang hayat, mahasiswa dapat dibantu untuk berkembang secara fleksibel saat menghadapi pilihan hidup atau karier yang terbuka di masa depan.

Perubahan paradigma
Dalam dialog kebijakan ke-2 SHARE di Universitas Chulalongkorn, terungkap bahwa penerapan SCL memerlukan perubahan paradigma dan budaya. Prinsip dalam pembelajaran SCL antara lain berlangsungnya proses refleksi terus-menerus dan tidak menyediakan satu solusi untuk semua.

Selain itu, mahasiswa dinilai memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Di antara mereka ada kebutuhan dan minat yang berbeda satu sama lain.
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Februari 2016, di halaman 11 dengan judul “Mahasiswa Jadi Pusat Pembelajaran”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB