Lelehnya Es Arktik Ubah Suhu Global

- Editor

Rabu, 11 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tutupan es di Arktik kini meleleh dengan kecepatan tertinggi sepanjang sejarah. Akibatnya, volume air tawar yang menggelontor Atlantik Utara jadi amat besar. Itu dikhawatirkan mengganggu proses pengaturan suhu global.

Ahli kelautan dari Belgia, Roger Francois yang memimpin ekspedisi Arktik menaiki kapal Amundsen, Selasa (10/11), mengatakan, kecepatan perubahan iklim mengancam “kolam laut dalam” dan arus laut. Ketidakseimbangan yang terjadi akan memperparah efek pemanasan global. Sepanjang 2 juta tahun, suhu Bumi naik-turun dalam siklus 100.000 tahunan, sejalan dengan pembentukan lapisan puncak es di Arktik dan pelelehan.

Pemanasan terakhir, 20.000- 15.000 tahun lalu, berdampak kenaikan permukaan laut 130 meter. Profesor dari University of British Columbia, Vancouver, itu menjelaskan, “Perbedaan terbesar dengan yang terjadi sekarang adalah skala waktu. Tak pernah terjadi secepat ini (pelelehannya).”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengatur utama iklim adalah massa “air laut dalam” di Atlantik Utara. Penguapan dan angin membuat salinitas massa air laut meningkat sehingga massa air lebih berat dan tenggelam. “Arus bawah ini mengalir bergerak ke ekuator. Ini mekanisme utama transportasi panas dari ekuator ke kutub,” kata Francois.

hansenfigure7Mencairnya es dalam volume besar menyebabkan salinitas rendah sehingga massa air sulit tenggelam, dan arus balik terputus. Akibatnya, putaran massa air laut terputus. Daerah kutub jadi kian dingin.

Setiap siklus ditandai peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer. Catatan terakhir, konsentrasi gas karbon dioksida-gas rumah kaca terkuat- naik dari 280 bagian per satu juta (ppm) pada era Revolusi Industri meningkat menjadi lebih dari 400 ppm pada 2015.

Jika emisi gas rumah kaca tidak terhenti, kata Francois, “Level akan mencapai tingkat yang tak pernah terjadi setelah era dinosaurus, Zaman Mesozoic, yaitu 1.000 ppm.” Semua negara akan mencari kesepakatan mengurangi emisi gas rumah kaca pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris, Desember 2015. Pimpinan delegasi Swedia, Anna Lindstedt menegaskan, “Hasil konferensi ini akan lebih maju.”(AFP/ISW)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 November 2015, di halaman 14 dengan judul “Lelehnya Es Arktik UbahSuhu Global”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB