Kurang Dana, Dua Peneliti Muda Terancam Batal ke AS

- Editor

Jumat, 21 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua siswa kelas X SMA Negeri 3 Denpasar, Apta Prana Mas Erlangga (16) dan Made Fajar Gautama (16), terancam batal berangkat mewakili Indonesia berkompetisi di International Sustainable World Energy Engineering Environment Project Olympiad atau I-SWEEEP 2017 di Texas, Amerika Serikat, pada 1 Mei mendatang. Hingga saat ini mereka masih kekurangan dana untuk pembelian tiket dan pengurusan visa.

Hingga Kamis (20/4), keduanya baru mengumpulkan dana sekitar Rp 30 juta dari total kebutuhan sekitar Rp 100 juta untuk berangkat bersama satu orang pembina penelitian dari sekolah sebagai pendamping. Bukan hanya pihak sekolah, teman-teman sekolah mereka saat ini berupaya menggalang dana untuk mengusahakan keberangkatan mereka.

Kepala SMA Negeri 3 Denpasar Ketut Suyastra mengatakan pihaknya terus berupaya agar kedua siswa tersebut bisa tetap mewakili Indonesia di Texas. Pihak sekolah, kata Ketut, tidak bisa membiayai keberangkatan mereka. Namun, sekolah berupaya mencarikan sponsor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Ketut, kebijakan alih kelola SMA/SMK dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi membuat sekolah sulit mendapatkan anggaran tambahan apabila ada siswa mengikuti kompetisi di luar sekolah. Padahal, tahun ini 10 siswa kelas X dan XI dari SMA tersebut yang akan berangkat mewakili Indonesia ke sejumlah kompetisi di empat negara, yakni AS, Nepal, Malaysia, dan Thailand, mulai Mei hingga Oktober nanti.

Alat pengukur berat

Apta dan Fajar lolos seleksi jalur independen pada kompetisi I-SWEEEP tersebut. Keduanya akan mewakili Indonesia bersama tiga tim lain dari luar Bali. Mereka membuat alat smart scale, alat pengukur berat dan massa tubuh manusia. Pengukuran hanya membutuhkan waktu 9,5 detik dan hasilnya terkirim langsung melalui pesan singkat di telepon seluler orang yang diukur.

Alat karya mereka tidak hanya menginformasikan berapa berat dan massa tubuh. Pada pesan singkat tersebut juga akan langsung tertera saran berdasarkan hasil pengukuran berat itu, apakah sudah sesuai berat badan ideal. Jika tidak ideal, akan muncul saran tindak lanjut seperti apa yang perlu dilakukan. (AYS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2017, di halaman 12 dengan judul “Kurang Dana, Dua Peneliti Muda Terancam Batal ke AS”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB