Kuliah ”Online”, Kapan Saja dan di Mana Saja

- Editor

Jumat, 20 Mei 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Profesor Randy Reddick, Ketua Program Jurnalisme  Texas Tech University yang tinggal di Texas, AS, berjanji kepada 10 mahasiswanya untuk memberi kuliah pada pukul 19.30 waktu Manila, Filipina, setiap Rabu selama Februari-Maret. Sesuai waktu yang disepakati, para mahasiswa yang ada di Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, China, dan Korea Selatan  berkumpul di kelas untuk kuliah selama 60-90 menit.

Istilah kelas dalam perkuliahan si profesor itu tidaklah sama dengan kelas yang dipahami secara konvensional, yaitu para mahasiswa berkumpul dalam satu ruangan dan saling tatap muka. Mereka bertemu di kelas virtual, di dunia maya. Mereka, para mahasiswa itu, tetap berada di negara masing-masing berbekal  peranti komputer dan akses internet. Para mahasiswa Randy adalah peserta program MA Journalism di Universitas Ateneo de Manila, Filipina, yang diselenggarakan dengan sistem sambung jaring, online.

Sistem perkuliahan secara online bukanlah hal baru. Universitas Ateneo de Manila meluncurkan program tersebut pada 2001. Data Kementerian Pendidikan AS menunjukkan,  pada musim gugur 2009, di negara tersebut ada 10 universitas besar yang menerima pendaftaran kuliah online untuk gelar sarjana. Tujuh komunitas perguruan tinggi New Jersey juga menawarkan program sarjana online. Sementara itu, beberapa perguruan tinggi lain menawarkan program MBA online (iMBA), antara lain University of North Carolina, Pennsylvania State University, Indiana University, serta University of Florida.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbasis internet

Pendidikan dengan sistem online berbeda dengan pendidikan bersistem jarak jauh, seperti di Universitas Terbuka (UT), meski sejak tahun lalu UT juga menyelenggarakan program pendidikan magister secara online (Kompas, 4/9/2010). Dalam konsep pendidikan jarak jauh di UT, mahasiswa belajar tanpa guru

berdasarkan materi pembelajaran (modul) yang disediakan dan mengikuti tutorial atau bimbingan pada periode tertentu, baik secara tatap muka maupun online.

Dr Mark Kassop, koordinator pembelajaran jarak jauh di Bergen Community College dan juga Ketua New Jersey Virtual Community College Consortium, mengatakan, pendidikan online adalah program pendidikan berbasis internet. Dosen dan siswa bertemu di dunia maya, seperti dalam grup chatting. Materi perkuliahan, tugas,  konsultasi siswa, dan umpan balik dari guru juga dikirim melalui internet.

Dalam sistem tersebut, universitas sebagai penyelenggara pendidikan menyediakan sebuah program komputer berbasis internet. Di Universitas Ateneo, misalnya, program yang disediakan berbasis WebCT, media belajar-mengajar disebut blackboard yang di dalamnya terdapat ruang virtual sebagai ruang kelas. Meski di dunia maya, kelas tersebut mirip kelas konvensional dalam sistem pendidikan tradisional, bedanya hanya dalam hal format pengiriman.

”Meski tidak ’bertemu’ dengan guru atau instruktur setiap hari, siswa dapat mengakses atau mendapat dan menerima umpan balik (dari guru) setiap hari. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan pendidikan online adalah koneksi internet 24 jam (per hari),” kata Mark dalam artikelnya yang berjudul ”10 Langkah Pendidikan Online”.

Namun, faktor utama penentu

keberhasilan pendidikan online, menurut Mark, adalah komitmen atau disiplin

diri si peserta didik, mengingat mereka kuliah sambil bekerja. Dengan sistem online, siswa adalah pusat proses

pembelajaran yang diberi wewenang untuk belajar sendiri, termasuk mengembangkan bahan-bahan kuliah serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

Fleksibel

Pendidikan online diselenggarakan untuk memudahkan mereka yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan, tetapi

tak dapat meninggalkan pekerjaan. Dengan kuliah online, siswa tidak perlu ke kampus untuk kuliah sehingga bisa menghemat waktu, tenaga, biaya, dan lagi tidak perlu menghadapi kemacetan lalu lintas.

Oleh karena itu, Gabriel Cardinosa (51) yang tinggal di Panggasinan, sekitar 250 barat daya Manila, Filipina; Jane Ritikos (40) yang tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia; Hendra Setiawan (31) yang tinggal di Yogyakarta; serta Fisher Chengkang Yu (27) yang tinggal di China memilih mengikuti kuliah secara online. Mereka adalah mahasiswa program MA Journalism di Universitas Ateneo.

Bagi Jane Ritikos, kuliah secara online memudahkan dia karena tidak perlu meninggalkan pekerjaannya sebagai Juru Bicara Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia yang mempunyai jadwal padat. Tak jarang dia harus kuliah di ruang tunggu bandar udara di sela-sela waktu menunggu boarding pesawat terbang.

”Hal yang penting adalah ada akses internet. Sayang, saya tidak bisa membuka blackboard dengan menggunakan Blackberry,” kata mantan wartawan koran Star Malaysia tersebut  di Malaysia, medio April silam.

Begitu juga Hendra, produser TV One untuk Biro Yogyakarta, tetap bisa kuliah ketika dia mengikuti kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kanada. ”Ya, meski butuh waktu lama untuk akses internet, akhirnya dapat juga. Bagi saya yang penting bisa hadir di kelas,” katanya.

Akses internet yang tidak selalu lancar memang menjadi hambatan bagi mereka yang mengikuti pendidikan online. ”Jadwal kuliah selalu malam, pukul tujuh sampai pukul delapan waktu Manila. Itu jam-jam sibuk karena saat itu banyak orang menggunakan internet. Kalau sudah begitu, saya mengakses internet melalui telepon genggam saya dan ini sangat membantu,” kata Gabriel, Manajer Radio Aksyon Panggasinan.

Hal yang sama dialami Fisher, wartawan China Daily, sebuah media online di China. Meski begitu, bagi Fisher, yang terpenting adalah bisa kuliah tanpa harus meninggalkan pekerjaan.

Ya, cara online memang mengubah cara kita bekerja dan cara kita menerima pendidikan.

Penulis: Yovita Arika

Sumber: Kompas-Ekstra, Edisi Mei – Juni 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB