Kolaborasi Media dan Teknologi Keniscayaan

- Editor

Kamis, 9 Februari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, industri konten berita masih menjadi “tuan rumah” di dalam negeri. Agar tetap bisa bertahan, media mesti berani merangkul teknologi untuk menjangkau khalayak di mana pun berada.

Demikian salah satu gagasan yang disampaikan Presiden Komisaris Kumparan.com Budiono Darsono dalam acara Konvensi Nasional Media Massa dengan tema “Integritas Media Nasional dalam Lanskap Komunikasi Global: Peluang dan Tantangan” dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN), Rabu (8/2), di Ambon, Maluku.

Selain Budiono, hadir juga sebagai pembicara Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, CEO Baidu Digital Indonesia Bao Jianlei, dan Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Yang masih kita kuasai sekarang adalah konten-konten berita. Memang ada beberapa portal asing yang ikut mengembangkan konten, tetapi tidak banyak. Dalam hal ini, kita masih menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Budiono.

Meski demikian, tak adanya pesaing dalam industri konten berita tidak berarti menjadikan media bebas dari ancaman. Media perlu realistis dengan perkembangan teknologi dan terus-menerus belajar dalam menangkap kebutuhan masyarakat.

Penghargaan
Panitia HPN 2017 menyampaikan penghargaan kepeloporan kepada sejumlah media. Harian Kompas diapresiasi sebagai media yang memelopori jurnalisme kategori humanisme kebangsaan.

Apresiasi disampaikan pada jamuan makan malam di Gedung Islamic Center, Ambon, Rabu malam. Acara itu dihadiri Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo.

Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Rikard Bagun mengungkapkan, sejak berdiri 51 tahun silam, Kompas konsisten memanggungkan Nusantara dalam humanisme dan pluralisme. Tsunami informasi di era digital menjadi tantangan bagi Kompas dan media lainnya ke depan.

KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT–Presiden Joko Widodo di sela-sela kunjungan kerjanya di Ambon, Maluku, membeli buku di Toko Buku Gramedia di Kota Ambon, Rabu (8/2) malam. Di Ambon, Presiden juga membagikan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan kartu peserta Program Keluarga Harapan.

Terkait dengan perkembangan teknologi dan industri, Budiono mencontohkan bagaimana perusahaan taksi raksasa akhirnya bergabung dengan Go-Jek, perusahaan jasa transportasi berbasis aplikasi yang menguasai platform digital.

“Pola-pola kolaborasi seperti ini rupanya tidak banyak dilakukan oleh media-media di Indonesia, khususnya media cetak. Mereka kesulitan mengembangkan teknologi karena persoalan dana dan pengembangan teknologi. Bagaimanapun ini adalah saat yang tepat antara media dan teknologi untuk berkolaborasi membuat platform,” katanya.

Menurut Budiono, pemanfaatan platform teknologi digital di dunia media tidak berarti mendikotomikan antara media cetak dan media online (daring). Sebab, pada prinsipnya jurnalisme tidak pernah mati, hanya bentuk (platform)-nya saja yang bermacammacam.

Menyikapi munculnya generasi milenial yang akrab dengan dunia digital, mau tidak mau media harus menyesuaikan diri agar bisa memasuki semua ranah platform yang bisa menjangkau para pembacanya yang beragam.

“Berita-berita online tidak bisa lagi dianggap berita dangkal karena dengan kemajuan teknologi ia juga bisa memberikan kedalaman yang tidak terbatas dan tidak berujung. Ini adalah industri baru dan pilihannya kita mau masuk atau tidak. Banyak media, khususnya media cetak, bersikap setengah-setengah, di satu sisi ingin mempertahankan cetak, tetapi di sisi lain kurang serius mengembangkan platform digital sehingga hasilnya tidak optimal. Tribunnews.com adalah salah satu media online yang sukses tumbuh dari media cetak,” paparnya.

Tiongkok jadi contoh
CEO Baidu Digital Indonesia Bao Jianlei mengatakan, Tiongkok mampu bertransformasi menjadi negara yang paling inovatif dalam teknologi. Perkembangan yang progresif ini terjadi karena Pemerintah Tiongkok mendukung penuh pengembangan industri teknologi.

“Pemerintah Tiongkok menyediakan dana 218 miliar dollar AS kepada industri-industri rintisan pada 2015. Tersedia sebanyak 780 pendanaan dari pemerintah dengan 1.600 inkubator teknologi di dalamnya,” ungkap petinggi salah satu perusahaan internet paling dominan di Tiongkok ini.

Pemerintah Tiongkok juga memberikan insentif pajak dengan potongan pajak hingga 15 persen kepada industri kreatif. Bahkan, negara ini juga menyediakan tempat usaha bersama.

Salah satu tempat usaha bersama yang disediakan Pemerintah Tiongkok adalah China Silicon Valley seluas 450.000 meter persegi senilai 1,5 miliar dollar AS. Lebih dari 300 perusahaan rintisan beroperasi di sini.

Menurut Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo, proteksi yang dilakukan Pemerintah Tiongkok terhadap kalangan industri membuka peluang kerja dan preservasi budaya. “Di negara kita, keberadaan perusahaan asing berbasis internet mengancam bangsa karena berdampak hilangnya pajak penghasilan, lapangan pekerjaan, dan menghambat perkembangan ilmu teknologi dalam negeri,” tuturnya.

Hary mengusulkan pengaturan tata internet di Indonesia seperti halnya Tiongkok yang tegas melarang perusahaan-perusahaan asing berinvestasi di tempat mereka, seperti Google.

Pesatnya perkembangan teknologi juga diakui Rudiantara. Menurut dia, lima tahun lalu dari lima perusahaan besar papan atas di dunia hanya ada satu perusahaan berbasis teknologi. Akan tetapi, mulai 2012, lima perusahaan terbesar dunia yang berada di papan atas semuanya merupakan perusahaan teknologi.

“Sebanyak 170 juta penduduk Indonesia mempunyai telepon seluler dan 60 juta di antaranya menggunakan telepon pintar. Ini adalah peluang besar bagi industri teknologi. Tahun 2019 mendatang, semua provinsi dan kabupaten/kota ditargetkan bisa mengakses broadband internet,” paparnya.

Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo menilai, kemajuan ilmu dan teknologi sangat luar biasa dan terasa betul bagaimana dunia mengecil ke dalam genggaman tangan. Di balik kemajuan dan kecepatan muncul persoalan etik. Untuk meningkatkan kualitas dan pemahaman etika jurnalistik wartawan, Dewan Pers bersama 27 lembaga uji kompetensi terus-menerus menggelar uji kompetensi jurnalis.(ABK/FRN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Februari 2017, di halaman 1 dengan judul “Kolaborasi Media dan Teknologi Keniscayaan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB