Khasiat Kedelai dan Puasa

- Editor

Rabu, 8 Agustus 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kelangkaan kedelai mewarnai fokus berita media massa pada awal Ramadan ini. Melambungnya harga kedelai hingga 40 persen menjadi faktor pemicu. Sejumlah perajin tempe dan tahu menghentikan aktivitas produksi karena risiko merugi. Jika kondisi ini berlangsung lama, konsumen berpotensi tidak lagi mengonsumsi jenis pangan ini dalam kuantitas cukup.
Padahal, kedelai telah menjadi kebutuhan penting dalam menu kesehariaan konsumen di Indonesia. Selain nutrien protein nabati, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, kedelai dan produk olahannya (tahu, tempe, susu kedelai, tauco) merupakan sumber utama antioksidan isoflavon. Dalam perkembangan pengetahuan medis berbasis herbal, isoflavon semakin mendapat pengakuan sebagai senyawa yang memiliki khasiat memperpanjang usia, mencegah kanker dan penyakit degeneratif, khususnya penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab kematian utama di era modernisasi.

Secara epidemiologi, risiko terkena penyakit jantung koroner dapat diturunkan hingga 40 persen. Majalah ”Archieves of Internal Medicine” memuat hasil satu penelitian dimana mengonsumsi kacang-kacangan 5 hari dalam seminggu lebih potensial untuk menurunkan risiko penyakit jantung dibanding olahraga rutin 3 hari dalam seminggu. Hasil penelitian ini penting selama bulan puasa Ramadan dimana sebagian individu mengurangi aktivitas olahraga.

Manfaat Puasa

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sesungguhnya, menu bulan Ramadan tidak terlalu berbeda dengan menu normal di luar bulan Ramadan. Namun diet yang sehat selama puasa adalah yang dapat menstabilkan berat badan selama Ramadan. Khusus pada obesitas, puasa ini merupakan masa ideal untuk menormalkan berat badan.

Makanan berserat lebih dianjurkan selama puasa ketimbang makanan rendah serat. Makanan berserat butuh waktu cerna sekitar 8 jam. Makanan berserat antara lain mengandung sayuran, buah dan komponen kacang-kacangan termasuk kedelai. Sedangkan menu rendah serat, seperti daging, gula, terigu, waktu cerna berkisar 3-4 jam, sehingga lebih cepat menimbulkan rasa lapar. Makanan kering (fried foods) dikategorikan tidak sehat dan konsumsinya perlu dibatasi. Pasalnya dapat menimbulkan gangguan pencernaan, rasa terbakar ulu hati (heart-burn) dan problem berat badan.

Bila dijalani secara konsisten, hasil penelitian menujukkan diet seimbang dapat menurunkan 1,7-3,8 kilogram berat badan selama 29 hari Ramadan pada individu normal. Pada obesitas, penurunan berat badan bisa lebih besar. Namun pada diabetesi, berat badan turun atau tetap, bahkan bisa bertambah. Masalahnya, diabetesi (penyandang diabetes) cenderung menurunkan aktivitas fisik keseharian karena khawatir terserang hipoglikemia atau kadar gula darah rendah.

Selain, efek positif fisiologis yang diperoleh berupa penurunan kadar gula darah, kolesterol dan tekanan darah sistolik. Sementara kadar kalsium, fosfor, albumin darah tidak mengalami perubahan selama puasa Ramadan. Ketiadaan asupan air tidak terlalu buruk bagi kesehatan, sebab tubuh memiliki kemampuan regulasi air dalam tubuh sehingga risiko dehidrasi tercegah.

Penelitian di Jordania (1984) pada 42 pria dan 26 wanita, terjadi pernurunan berat badan rata-rata 1,8 kilogram pada pria dan 0,4 kilogram pada wanita selama puasa ramadan. Penelitian lain (1997) puasa Ramadan menurunkan kadar kolesterol total sekitar 8 persen, kolesterol LDL 12 persen dan trigliserida hingga 30 persen. Penurunan ini bertahan selama satu bulan ini. Sementara, kadar kolesterol total cenderung meningkat pada diabetesi, namun kadar HbA1c tidak berubah.

Menstabilkan Emosi

Menurut Anderson (1999), sebanyak 33,6 miligram isoflavon terkandung dalam 100 gram tahu mentah. Sementara 53,1 miligram dalam 100 gram tempe mentah. Sedangkan susu kedelai mengandung 8,8 miligram per 100 gram. Menu keseharian penduduk Asia mengandung 100-200 miligram isoflavon sehari. Dibanding diet di negara Barat yang dominan mengonsumsi flavonoid 50 -1000 miligram, utamanya quercetin dan kaempfenol, namun konsumsi isoflavon sekitar 5 miligram per hari.

Penelitian dari Universitas Texas, Amerika Serikat, diketahui genistein dan daidzein tetap dalam berada dalam aliran darah selama 24-36 jam. Sedangkan waktu paruh isoflavon ini sekitar 8 jam. Jadi untuk menjamin agar sel-sel tubuh kontinyu memperoleh asupan isoflavon, perlu mengonsumsi kedelai atau produk olahannya setidaknya 2-3 sajian tiap hari. Selama puasa ramadan, sebaiknya konsumsi pada saat berbuka puasa dan sahur.

Isoflavon merupakan salah senyawa fitoestrogen yang poten. Fitoestrogen berperan penting pada individu dengan obesitas. Pada pria dengan obesitas, selain testis dan organ otak, hormon estrogen juga diproduksi oleh jaringan lemak dari hormon testosteron berkat peran enzim aromatase. Karenanya, kadar estrogen pada pria obesitas cenderung lebih tinggi sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar estrogen dengan testosteron. Ketidakseimbangan ini menimbulkan gejala efek negatif estrogenik berupa keringat malam hari, gangguan tidur dan agresivitas (emosi labil) serta penurunan daya tahan tubuh.

Meski lemah daya aktivitas (efek) untuk bersaing dengan hormon estrogen untuk berikatan dengan reseptor estrogen pada membran sel, namun secara perlahan sudah cukup untuk menekan efek negatif estrogen bila isoflavon dikonsumsi secara rutin lewat menu sehari-hari. Dengan demikian, gejala ketidakseimbangan kadar estrogen dengan testosteron dapat diminimalkan. Pada obesitas juga cenderung terjadi hiperkolesterolemia dan kenaikan kadar kolesterol LDL.

Konsumsi 50 – 100 gram kacang kedelai merupakan pendekatan asupan isoflavon yang sehat untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, bahkan tekanan darah.

Pasien intoleransi laktosa susu sapi, dapat mengosumsi susu kedelai. Begitu pula pada vegetarian dan bayi yang menderita alergi protein susu hewani, terkhusus susu sapi. Sayangnya, setiap 100 gram kacang kedelai mengandung 50-100 miligram purin, bahan baku asam urat dalam tubuh manusia.

Karenanya, pada kondisi asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia) tidak dianjurkan konsumsi kedelai atau produk olahannya lebih dari 50 gram sehari. Sekian.(11)

F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

Sumber: Suara Merdeka, 8 Agustus 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Rabu, 23 Maret 2022 - 08:48 WIB

Gelar Sarjana

Minggu, 13 Maret 2022 - 17:24 WIB

Gelombang Radio

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB