Kesejahteraan Ilmuwan; Tak Ada Rencana Naikkan Gaji Peneliti

- Editor

Kamis, 27 Oktober 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meskipun gaji profesor riset lebih rendah dari guru sekolah dasar untuk golongan pangkat yang sama, pemerintah tidak punya rencana menaikkan gaji peneliti. Justru peneliti diminta mencari sumber penghasilan tambahan dari keahlian yang dimilikinya.

Sekretaris Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Soesilo mengatakan, jika kreatif, peneliti bisa memperoleh penghasilan Rp 15 juta sebulan.

”Profesor riset punya lima ’amplop’ pendapatan, yaitu gaji, tunjangan peneliti, insentif riset, hasil pendapatan negara bukan pajak dari kerja sama dengan industri, dan hasil kerja sama riset dengan pihak asing,” kata Indroyono seusai penyerahan 317 bukunya ke perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (26/10), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian LIPI Diaz D Santika mengatakan, skema pendapatan tetap peneliti hanya ada dua, yaitu gaji pokok dan tunjangan fungsional. Seorang profesor riset dengan pangkat tertinggi IV/E memiliki gaji pokok Rp 3,6 juta dan tunjangan fungsional Rp 1,4 juta sehingga gaji yang diterima sekitar Rp 5 juta per bulan. ”Skema pendapatan di luar itu sifatnya tidak tetap dan tidak bisa merata untuk semua peneliti,” ujar Diaz.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, juga menegaskan, tidak ada rencana menaikkan gaji profesor riset.

Aprilani Soegiarto (76), ilmuwan bidang kelautan LIPI, mengatakan, seharusnya peneliti tidak disibukkan dengan mencari banyak ”amplop” supaya aktivitasnya fokus pada riset. ”Peneliti semestinya hanya satu amplop saja, tetapi layak untuk hidup,” kata Aprilani.

Diincar Malaysia

Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Peneliti LIPI M Bashori Imron mengatakan, di tengah rendahnya penghargaan pemerintah kepada peneliti, Malaysia memanfaatkan kondisi tersebut dengan mengajak peneliti-peneliti Indonesia bekerja atau menjadi dosen di Malaysia.

”Saya sedang pikir-pikir untuk kembali lagi ke Malaysia karena pendapatan sebagai profesor riset di sini tidak memadai untuk menyekolahkan anak,” kata Prof Dr Ishak, ahli biomolekuler Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Sebelumnya, pada periode 2006-2009, ia ditawari Malaysia untuk mengajar di salah satu universitas dengan pendapatan 10 kali lipat dari pendapatannya di Batan. Dalam sebulan, ia digaji 14.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 40,5 juta.

”Salah satu kolega saya dari Batan mengajukan pensiun dini lalu bekerja di Malaysia,” kata Ishak.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, Malaysia terutama mengincar peneliti yang memiliki keahlian di bidang perkebunan sawit dan karet. Rendahnya pendapatan bagi peneliti di Indonesia dikhawatirkan berdampak buruk bagi masa depan bangsa.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Somantri mengatakan, dengan kebebasan yang diberikan kepada UI dengan status badan hukum milik negara, gaji dosen peneliti di UI sebesar Rp 15 juta hingga Rp 38 juta per bulan.

Calon antariksawati Indonesia, yang kini menjadi Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI, Pratiwi P Sudarmono, mengatakan, Indonesia memiliki banyak orang pintar, keahlian, dan jejaring internasional. Namun, penelitian sains dan teknologi ternyata belum menjadi prioritas negara. (NAW/YUN/ELN/MZW)

Sumber: Kompas, 27 Oktober 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB