Kalender Tionghoa; Penanggalan Bulan-Matahari

- Editor

Rabu, 18 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tahun baru Imlek 1 Zheng Yue 2566 Kongzili jatuh hari Kamis, 19 Februari 2015. Inilah perayaan kedatangan musim semi sekaligus salah satu hari raya penting agama Khonghucu. Jika kalender Masehi menggunakan sistem penanggalan Matahari dan kalender Hijriah memakai sistem penanggalan Bulan, kalender Tionghoa memadukan keduanya.


Hari raya Imlek seharusnya disebut Imyanglek alias tahun Bulan dan Matahari,” kata Sekretaris Dewan Rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Budi S Tanuwibowo di Jakarta, Kamis (5/2). Im atau iem artinya Bulan, yang berarti Matahari, dan lek atau li bermakna tahun. Penanggalan memadukan sistem lunar (Bulan) dan solar (Matahari) disebut lunisolar.

Penggabungan dilakukan karena Bulan dan Matahari sama-sama punya arti penting bagi masyarakat Tionghoa. Perubahan penampakan Bulan mudah diamati dan jadi penanda kedatangan pasang surut air laut. Matahari juga penting, karena menunjukkan pergantian musim dan memberi petunjuk kedatangan waktu bertanam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemaduan dua sistem itu dengan cara menjadikan penentuan panjang tahun dalam kalender Tionghoa memakai sistem penanggalan Matahari, tetapi penghitungan bulannya memakai sistem penanggalan Bulan.

Satu bulan kalender Tionghoa ada 29 hari atau 30 hari. Penamaan nama bulan menggunakan urutan angka: bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan seterusnya.

Awal bulan kalender Tionghoa dimulai saat Bulan mati atau Bulan baru ketika Matahari-Bulan-Bumi segaris. Beda dengan ketentuan awal bulan kalender Hijriah yang ditandai terlihatnya Bulan sabit tipis pertama.

19863507hKetentuan awal bulan itu membuat awal hari pada kalender Hijriah dimulai setelah Matahari terbenam, sedangkan pada kalender Tionghoa dimulai tengah malam, mirip pergantian hari dalam kalender Masehi.

Sistem penanggalan Bulan membuat satu tahun atau 12 bulan kalender ada 354-355 hari. Adapun penanggalan Matahari, 1 tahun ada 365-366 hari.

Perbedaan 11 hari itu membuat hari-hari raya masyarakat Tionghoa yang ditentukan berdasarkan perubahan fase Bulan terus maju 11 hari, seperti kalender Hijriah. Akibatnya, peringatan hari-hari penting itu tak akan lagi jatuh di musim yang sama. Padahal, hari raya itu juga menjadi penanda musim.

Untuk menjaga agar hari raya jatuh di musim sama, disisipkan bulan ke-13. Itu membuat Imlek selalu jatuh antara akhir Januari hingga akhir Februari.

Bulan sisipan tak dinamai bulan ke-13, tetapi sama dengan nomor bulan tertentu. Bulan sisipan akan dimasukkan jika di antara dua titik penanda musim dalam kalender Tionghoa atau Masehi ada empat Bulan baru.

Titik penanda musim itu adalah titik musim semi (chu?nfe?n) pada 21 Maret, titik musim panas (xiazhi) 22 Juni, titik musim gugur (qiufen) 23 September, dan titik musim dingin pada (dongzhi) pada 22 Desember.

Tahun dengan 13 bulan disebut tahun kabisat. Sebab, jumlah hari dalam 235 bulan penanggalan Bulan terdapat 6.939,6884 hari akan sama dengan jumlah hari dalam 19 tahun 7 bulan penanggalan Matahari (6.939,6018 hari), maka dalam 19 tahun kalender Tionghoa punya tujuh tahun kabisat. Tahun kabisat adalah mekanisme koreksi agar hari raya jatuh di musim yang sama.

Tahun kabisat terakhir terjadi tahun 2565 Kongzili atau 2014. Saat itu, empat Bulan mati terjadi antara titik musim gugur dan titik musim dingin. Bulan sisipan dimasukkan setelah bulan ke-9 sehingga ada dua bulan ke-9 pada tahun lalu.

Penyebutan tahun dalam kalender Tionghoa ada beberapa versi. Namun, yang digunakan di Indonesia berdasarkan tahun kelahiran Nabi Kongzi (Hokian: Khongcu) pada 551 sebelum Masehi. ”Nabi Khongcu, nabi dan rasul terbesar dan terakhir dalam agama Khonghucu,” kata Budi. Karena itu, tahun 2015 bertepatan dengan tahun 2566 Kongzili (Khongculek).

Tahun baru Imlek
Helmer Aslaksen dalam The Mathematics of the Chinese Calendar, 2010, menyebut, untuk menjaga Imlek jatuh di musim yang sama, dibuat aturan, perayaan awal musim semi itu selalu jatuh di Bulan mati kedua sesudah titik musim dingin. Ketentuan lain, bulan ke-11 kalender Tionghoa selalu jatuh sekitar titik musim dingin, dan Imlek juga harus jatuh pada Bulan mati pertama setelah puncak musim dingin (dahan) pada 20 Januari.

Imlek juga selalu jatuh pada Bulan mati yang paling dekat dengan awal musim semi (lìch?un) bagi masyarakat Tiongkok, yaitu 4 Februari. Awal musim semi itu jatuh tepat di tengah antara titik musim dingin 22 Desember dan titik musim semi 21 Maret. Aturan itu membuat awal musim semi di Tiongkok selalu lebih dingin dibanding di Barat yang dimulai saat titik musim semi tiba.

Sejumlah persyaratan itu membuat Imlek selalu jatuh antara 15 hari sebelum atau sesudah 4 Februari atau antara 21 Januari dan 19 Februari.

Namun, berdasarkan perhitungan Helmer, Imlek 1645- 2644 terjadi antara 21 Januari dan 21 Februari. Dalam kurun 1.000 tahun itu, Imlek umumnya terjadi antara 22 Januari dan 19 Februari. Imlek 21 Januari dan 20 Februari jarang terjadi, masing-masing hanya 18 kali dan 10 kali, sedangkan Imlek 21 Februari hanya sekali, yakni 21 Februari 2319.

Imlek akan jatuh rata-rata 11 hari (10-12 hari) dibanding Imlek tahun sebelumnya. Namun, saat Imlek jatuh kurang dari tanggal 21 Januari, Imlek akan mundur rata-rata 19 hari (18-20 hari) dibanding tahun sebelumnya. Mundurnya Imlek itu disebabkan sisipan bulan ke-13.

Bulan sisipan membuat satu tahun kabisat kalender Tionghoa bertambah rata-rata 19 hari dibanding jumlah hari kalender Masehi atau tambah 29-30 hari dibanding jumlah hari kalender Hijriah. Untuk itu, satu tahun basit (pendek) kalender Tionghoa 353-355 hari dan tahun kabisat (panjang) 383-385 hari.

Untuk melihat penggunaan berbagai ketentuan itu, tengoklah Imlek 2013 atau 2564 Kongzili. Saat itu, Imlek pada 10 Februari. Pada 2014, Imlek jatuh pada 31 Januari (maju 10 hari). Namun, tahun 2015, jika maju 11 hari, Imlek jatuh pada 20 Januari sehingga menyalahi ketentuan. Karena itu, Imlek 2015 mundur 20 hari dibanding Imlek 2014 dan jatuh 19 Februari.

Sama seperti kalender lain, kalender Tionghoa yang kompleks juga perlu koreksi.

Oleh: M Zaid Wahyudi

Sumber: Kompas, 18 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB