Indonesia Sering “Kecolongan” Publikasi Ilmiah

- Editor

Senin, 9 April 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kecolongan publikasi yang merugikan peneliti Indonesia telah terjadi beberapa kali. Publikasi hasil kerjasama riset dengan asing sering tidak mencantumkan nama peneliti Indonesia sebagai author ataupun co-author.

Terakhir, “kecolongan” publikasi terjadi pada temuan spesies dan genus tawon baru, Megalara garuda. Publikasi hasil kerjasama riset antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan University of California, Davis tersebut tak mencantumkan nama peneliti LIPI.

Arkeolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Daud Aris Tanudirdjo, mengatakan bahwa kecolongan publikasi memang sering terjadi dalam dunia penelitian di Indonesia. Tidak cuma pada bidang ilmu pengetahuan alam, tetapi juga sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Salah satunya ya soal Homo floresiensis (manusia Flores) dulu itu,” kata Daud saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/4/2012).

Temuan Homo Floresiensis terlaksana lewat kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan Australia. Beberapa publikasi tidak menyertakan nama peneliti Indonesia. Konferensi pers juga diadakan tanpa didampingi peneliti dari Indonesia.

“Selain itu ada lagi penemuan arkeologi di gua di Kalimantan Timur yang tak menyertakan peneliti Indonesia,” tambah Daud.

Menurut Daud, kasus kecolongan publikasi bisa terjadi karena beberapa sebab, baik dari faktor peneliti Indonesia maupun peneliti asing yang diajak bekerjasama.

“Dari sisi peneliti Indonesia, kadang juga kurang memiliki kesadaran. Seakan-akan kalau sudah menerima insentif itu sudah puas. Padahal, secara akademik mereka punya hak,” tutur Daud.

“Sementara dari peneliti asingnya, bisa saja mereka mengabaikan,” imbuhnya.

Untuk mencegah kecolongan publikasi, Daud mengungkapkan, walaupun persoalan co-authorship adalah etika penelitian, ada baiknya hal tersebut sudah dicantumkan dalam Nota Kesepahaman sebelum kerjasama.

Selain itu, kesadaran peneliti Indonesia untuk diikutsertakan namanya dalam publikasi juga perlu ditingkatkan.

Dalam penelitian arkeologis misalnya, bukan cuma peneliti yang berhak, kolektor lapangan dalam penelitian ataupun teknisi yang menyumbangkan banyak metode pun pantas dimasukkan sebagai author.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Surono, mengatakan agar tak segan-segan memutus kerjasama dengan pihak asing jika terbukti melanggar Nota Kesepahaman.

Yunanto Wiji Utomo | Kistyarini |

Sumber: Kompas, Senin, 9 April 2012 | 08:35 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB