Guru TIK Terus Berjuang

- Editor

Senin, 5 Mei 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Guru-guru teknologi informasi dan komunikasi masih terus memperjuangkan masuknya mata pelajaran ini dalam Kurikulum 2013. Mereka berjuang agar siswa bisa tetap memperoleh pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi secara terstruktur.

Aspirasi para guru teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu disampaikan perwakilan guru TIK kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh yang berunjuk rasa di halaman Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat (2/5) sore.

Empat guru kemudian menemui Nuh selama 30 menit. Dalam pertemuan itu, para guru menyampaikan, penghapusan mata pelajaran TIK di SMP dan SMA serta keterampilan komputer dan pengelolaan informasi di SMK akan merugikan siswa. Hal itu karena generasi masa depan ini harus menguasai TIK sebagai ilmu dan bukan sekadar alat dalam pembelajaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para guru yang tergabung dalam Asosiasi Guru TIK/Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Nasional (Agtikknas) meyakini, pemikiran pemerintah yang menganggap TIK hanya sebagai alat mendukung pembelajaran dalam semua mata pelajaran sesuai Kurikulum 2013 tidak tepat. Dengan mempertahankan mata pelajaran TIK, siswa dapat didorong untuk bukan sekadar mampu memakai, melainkan kelak mengembangkan TIK. ”Kami meyakini bukan mata pelajarannya yang dihapus, melainkan materi dalam TIK dan kompetensi guru yang diperbaiki,” kata Firman Oktora, Ketua Agtikknas.

Mohammad Nuh menegaskan mata pelajaran TIK tidak dihapuskan, tetapi lebur di dalam mata pelajaran lainnya. Ini bukan berarti pihaknya mengecilkan arti TIK. Meski tidak menjadi mata pelajaran khusus, TIK tetap bisa lebur ke mata pelajaran lain atau menjadi mata pelajaran muatan lokal.

Sebenarnya desain Kurikulum 2013 adalah desain minimal yang bisa ditambah dengan mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. ”Tidak perlu khawatir akan kekurangan jam mengajar 24 jam karena bisa jadi muatan lokal. Yang terpenting, hak yang melekat di profesi guru atau gaji dan tunjangan tidak boleh dihilangkan,” tutur Nuh. (ELN/LUK)

Sumber: Kompas, 3 Mei 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB