Gempa di Samudra Hindia, Bukan di Mentawai

- Editor

Jumat, 4 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyebutan gempa yang terjadi Rabu (2/3/2016) malam sebagai Gempa Mentawai tidak tepat. Sebab, pusat gempa sebenarnya berlokasi jauh dari Mentawai, yakni di Samudra Hindia. Akibatnya, informasi itu cukup menimbulkan kepanikan, terutama bagi masyarakat di pesisir barat Sumatera.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hal itu mengingat pemerintah dan masyarakat di area tersebut sudah cukup mendapatkan pengetahuan tentang potensi gempa besar di area Mentawai yang hingga saat ini belum terjadi. “Maka, mari kita koreksi bersama. Bukan Gempa Mentawai, melainkan Gempa Bumi Samudra Hindia,” ujarnya dalam jumpa pers, Kamis (3/3), di Jakarta.

Sutopo mengatakan, pada segmen megathrust Mentawai sudah terjadi beberapa gempa, yakni gempa bermagnitudo 8,7 skala Richter hingga 8,9 SR di utara Mentawai pada 1797, serta gempa berkekuatan 8,9 SR tahun 1833 di selatan Mentawai. Sementara itu, energi pada Segmen Aceh, Segmen Nias, Segmen Bengkulu, dan Segmen Lampung, sudah lepas. Tersisa energi besar yang masih terkekang di Segmen Mentawai dan belum diketahui kapan akan lepas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketika gempa diinformasikan sebagai Gempa Mentawai, masyarakat di sana memandangnya sebagai gempa besar yang diskenariokan para ahli. Padahal, pusat gempa ada di Samudra Hindia, bukan di sistem zona subduksi Sumatera. Dengan demikian, penyebutan Gempa Mentawai tidak tepat.

93bd0f1a7dbe44d9a66d663ca09d34e2KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (3/3/2016), di Jakarta, menjelaskan kondisi terkini pasca gempa di Samudra Hindia, Rabu kemarin.

Hal itu sesuai dengan penuturan ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Lukman. Gempa terjadi karena sesar geser di Samudra Hindia, yakni di lempeng Samudra Indo-Australia. Itu berarti di laut lepas, di luar sistem zona subduksi (penunjaman) Sumatera.

“Menurut saya, informasi awal kurang tepat karena disebut lokasinya di barat daya Kepulauan Mentawai. Setelah dikoreksi, gempa ternyata bermagnitudo 7,8 SR di Samudra Hindia, di lautan lepas,” katanya.

Perlu perbaikan
Namun, menurut Sutopo, gempa Rabu kemarin bisa menjadi momentum perbaikan sistem pemantauan gempa bumi dan tsunami di Indonesia. Salah satunya, pengadaan pelampung tsunami. Dari 22 pelampung tsunami yang pernah terpasang di wilayah Indonesia, tidak ada satu pun yang masih beroperasi saat ini.

Hal itu disebabkan tidak ada lagi anggaran berkelanjutan setiap tahun guna pemeliharaan dan pengoperasian alat. Pada sisi lain, sejumlah pelampung rusak karena aksi vandalisme.

Sutopo menambahkan, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, Kepala BNPB Willem Rampangilei sudah bertolak ke Sumatera Barat untuk memastikan kondisi pasca gempa. “Tim Reaksi Cepat BNPB langsung diberangkatkan ke Padang. Kepala BNPB juga berangkat ke Sumatera Barat,” ujarnya.

J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas Siang | 3 Maret 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB