Catatan Iptek; Homo Homini Lupus

- Editor

Rabu, 16 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dipacu untuk mempermudah hidup manusia. Semakin mudah dan makin mudah. Pada dunia olahraga, pencapaian tertinggi termaktub dalam prinsip Olimpiade modern: citius, altius,, fortius (lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat).

Kata ”lebih” mengandaikan tak ada batas. Itu berarti dalam dunia olahraga secara prinsip tak ada batas, tak ada kata menyerah, yang ada hanyalah lebih (dari lawan), seperti moto Olimpiade modern: citius, (lebih cepat), altius (lebih tinggi), dan fortius (lebih kuat).

Ketika Olimpiade kuno berubah menjadi Olimpiade modern, maka tujuan Olimpiade bergeser dari perayaan agama/kepercayaan menjadi sebuah perayaan terhadap tubuh manusia. Tubuh manusia tak lagi semata tumpukan sel dan jaringan. Tubuh lantas menjadi mesin untuk mencapai sesuatu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap cabang olahraga memiliki keunikan. Sprint (lari jarak pendek) tidak mengutamakan ketahanan (endurance), sementara maraton mementingkan ketahanan. Keunikan setiap cabang mensyaratkan kebutuhan kinerja prima fisik pada bagian-bagian tubuh tertentu.

Meski etika dari Olimpiade disusun sedemikian rupa dengan prinsip anti doping, tergiur oleh penghormatan tertinggi di atas podium Olimpiade, maka berbagai produk teknologi dimanfaatkan untuk mencapai kinerja tubuh lebih.

Di bidang medis, ada keluarga anabolic steroid untuk membuat tubuh berotot dan kuat. The Nature menuliskan, sekitar 2000 cara modifikasi molekul steroid bisa dilakukan untuk menyamarkan jejak zat ini agar lolos dari tes doping.

Penambah kekuatan lainnya adalah hormon pertumbuhan yang bisa meningkatkan kapasitas lari sprint 4 persen. Ini amat berarti pada renang jarak pendek-pemecahan rekor hanya butuh beda waktu 0,01 detik. Sementara hypoxia-inducible factor (HIF stabilizer) mampu meningkatkan produksi sel darah merah, amat berguna di cabang balap sepeda. Itu serupa dengan hormon erythropoietin (EPO).

Di luar jalan medis, terdapat penggunaan suplemen nutrisi. Ini legal. Kata ahli fisiologi dari University of Bath, Inggris, Conrad Earnest, sebanyak 98,5 persen masalah suplemen ini, hanya sensasi. Ada satu suplemen, yaitu kreatin, yang membantu sintesis molekul pembawa energi, ATP. Pengguna kreatin bisa meningkatkan kinerja hingga 8 persen.

Sementara suplemen beetroot juice mampu meningkatkan nitric oxide dalam tubuh sehingga otot mampu menggunakan oksigen secara efisien. Penyelam bisa bertahan di dalam air 11 persen lebih lama. Artinya, perenang bisa lebih jarang mengambil napas, hal ini amat bermanfaat pada nomor jarak pendek.

Perkembangan baru adalah doping gen, yaitu gen bisa bermutasi. Dikabarkan, pemenang medali emas ski cross country Eero Mantyranta, tahun 1960-an, tubuhnya mampu menerima EPO lebih efisien. Soal ini masih jadi ”pembicaraan di ruang ganti”. Hal lain, yaitu operasi, seperti penggantian otot siku yang putus dengan otot hamstring (belakang paha) atau tendon lengan depan. Tindakan itu memperkuat daya lempar tangan. Ini terjadi pada pelempar bola bisbol.

Semua produk ilmu pengetahuan tersebut digunakan demi pencapaian tertinggi di bidang olahraga. Manusia lupa, pertandingan olahraga sebenarnya adalah sebuah permainan yang menjadi sungguhan.

Pada berbagai pesta olahraga yang berpuncak pada Olimpiade itu, unsur permainan (pada olahraga) telah hilang. Manusia sebagai homo ludens (manusia bermain) dan homo socius (manusia sosial) lenyap.

Hal yang tersisa adalah manusia seperti ujaran Titus Maccius Plautus, homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi yang lain). Manusia pun tega menggunakan berbagai cara demi ”podium Olimpiade”.–BRIGITTA ISWORO LAKSMI
————————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 September 2015, di halaman 14 dengan judul “Homo Homini Lupus”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB