Bosscha Harus Dipertahankan

- Editor

Senin, 17 Januari 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberadaan Observatorium Bosscha harus tetap dipertahankan. Alasannya, observatorium yang berdiri sejak tahun 1923 ini memiliki peran signifikan dalam sejarah dan perkembangan astronomi Indonesia.

”Observatorium Bosscha sudah menjadi rumah bagi penelitian dan pengembangan astronomi Indonesia dan dunia. Sudah sepantasnya bila tempat ini dipertahankan,” kata Kepala Observatorium Bosscha Hakim Malasan di Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/1).

Kabar pemindahan Observatorium Bosscha dari Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kembali mengemuka. Alasannya, kegiatan peneropongan di observatorium satu-satunya di Indonesia ini kini tak maksimal akibat polusi cahaya yang berasal dari lampu rumah tinggal dan bangunan lainnya yang ada di sekitar Bandung Barat dan Kota Bandung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa opsi untuk tempat baru antara lain Danau Toba di Sumatera Utara, Puncak Dieng (Jawa Tengah), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat), dan daerah Timor Barat (Nusa Tenggara Timur).

Hakim memandang pembangunan observatorium baru akan sangat mendukung penelitian astronomi di Indonesia. Ia berharap keberadaan Bosscha tidak dihilangkan, tetapi sebaliknya justru bisa menjadi induk observatorium di Indonesia.

”Beberapa negara telah terinspirasi dengan keberadaan Bosscha, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Selain itu, baru-baru ini, nama empat mantan kepala Observatorium Bosscha diabadikan menjadi nama asteroid oleh International Astronomy Union. Hal itu membuktikan kalau peran Bosscha berperan besar bagi dunia,” katanya.

Polusi cahaya

Ditanya mengenai kendala polusi cahaya, Hakim mengatakan, hal inilah sebenarnya yang harus mendapat perhatian semua pihak. Ia berharap alih fungsi lahan dan pembuatan bangunan baru di sekitar Observatorium Bosscha bisa dihentikan.

Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat pada 2009, dalam radius kurang dari 1 kilometer ada beberapa titik yang telah berubah fungsi. Di arah barat laut terdapat kebun campuran seluas 187,36 hektar. Di arah barat terdapat permukiman penduduk seluas 61,88 ha. Di arah barat daya terdapat sawah, tegalan, dan kebun campuran seluas 119,38 ha. Sementara di timur terdapat peternakan seluas 1,8 ha.

Mantan Kepala Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat mengatakan, sebenarnya sudah banyak aturan hukum yang diberlakukan untuk melindungi Bosscha, di antaranya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan penetapan obyek vital nasional yang berlaku sejak 2008.

Selain itu, ada juga Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (KBU) dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pelestarian KBU. Namun, keberadaan aturan hukum itu belum berdampak signifikan.

”Butuh kepedulian dan kerja sama semua pihak untuk menyelamatkan dan membuat Bosscha tetap bisa memberikan manfaat bagi perkembangan astronomi,” katanya. (CHE)

Sumber: Kompas, Senin, 17 Januari 2011 | 03:58 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB