Bioteknologi untuk Dorong Budidaya Perikanan

- Editor

Kamis, 20 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lahan perikanan budidaya di darat yang terus berkurang mendorong pengembangan budidaya perikanan di laut. Itu sebabnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi terus mendorong penerapan teknologi untuk memajukan budidaya di laut ini.

Salah satu rekayasa bioteknologi yang telah dilakukan BPPT diterapkan pada ikan nila (Tilapia sp), jenis ikan air tawar yang direkayasa agar bisa hidup di air laut. Ikan nila hasil persilangan galur nila yang tahan air bersalinitas tinggi ini awalnya diberi nama Salina. Pengembangannya kemudian dinamakan Maharsi. Dan ikan terbaru hasil persilangan beberapa galur nila dinamakan ikan nila Srikandi.

Demikian disampaikan Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Arief Arianto Hidayat, di Jakarta, Rabu (19/4). Menurut Arief, perbedaan antara Maharsi dan Srikandi terutama pada warna sisiknya. Maharsi berwarna kemerahan, sedangkan Srikandi kehitaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kelebihan ikan nila Salina dibandingkan ikan nilai air tawar adalah dagingnya yang tidak berbau lumpur. Selain itu, dagingnya lebih gurih. “Diseminasi inovasi ini sudah dilakukan di Kepulauan Seribu, Kabupaten Bantaeng, dan Pekalongan,” kata Kepala BPPT Unggul Priyanto.

BPPT akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan budidaya ini di daerah lain.

“Kajian pembiakan ikan nila yang dapat hidup di daerah payau sudah lama dilakukan. Kendala pengembangan lebih lanjut adalah keterbatasan fasilitas kolam yang dimiliki BPPT. Karena itu, BPPT menjalin kerja sama dengan memanfaatkan fasilitas kolam di Balai Benih ikan milik KKP di Karawang,” urai Arief.

Budidaya ikan Srikandi saat ini diuji coba di keramba jaring apung (KJA) di perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Beberapa waktu lalu, 10.000 benih nila berukuran 35 milimeter ditebar Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Delapan galur
Srikandi dapat hidup di lingkungan perairan dengan kadar garam hingga 30 per seribu partikel (part per thousand/ppt). Untuk menghasilkan ikan ini, dilakukan persilangan delapan galur ikan nila dari alam. Pada persilangan selama lima tahun sejak tahun 2007 itu, diperoleh galur yang dapat tumbuh, baik di perairan payau maupun di laut bersalinitas tinggi.

Arief menambahkan, Srikandi adalah hasil kawin silang antara nila nirwana betina (Oreochromis niloticus) dari Purwakarta dan nila biru jantan (Oreochromis aureus) dari Afrika Utara dan Timur Tengah. Nila nirwana tumbuh cepat di perairan air tawar, sedangkan nila biru berdaya toleransi tinggi di air payau.

Pengujian budidaya nila Srikandi di KJA laut menunjukkan peningkatan ukuran ikan dari 2 gram hingga 800 gram selama lima bulan. Pertumbuhan ini jauh melampaui ikan bawal bintang yang selama ini jadi komoditas utama budidaya di laut.

Untuk mendukung pengembangan galur ikan ini, juga dikembangkan riset vaksin untuk ikan. Hal itu, kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Eniya Listiani Dewi, diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada produk vaksin impor. (YUN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 April 2017, di halaman 14 dengan judul “Bioteknologi untuk Dorong Budidaya Perikanan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB