Biologi Sintetis Mengancam Biodiversitas

- Editor

Selasa, 29 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah upaya perusahaan-perusahaan global—yang menggunakan biologi sintetis—untuk pencapaian ketahanan pangan menghadapi perubahan iklim, ada risiko. Arah pengembangan biologi sintetis itu mengancam biodiversitas.

”Benih diarahkan semua sama di dunia. Tanpa disadari, ini menghancurkan biodiversitas,” kata Direktur Eksekutif Farmer’s Initiative for Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD) Indonesia Nugroho Wienarto pada ”Seminar on New and Emerging Technologies BANG! (bytes, atoms, neurons, genes+geoengineering) in The Context of Biodiversity, Environment, and Climate Change” di Jakarta, Senin (28/3).

Nugroho mengatakan, melalui berbagai lembaga, publik menghendaki peningkatan kehati-hatian mengembangkan teknologi biologi sintetis. Contohnya, saat ini pemerintah hendak menyetujui masuknya benih dan produk ”beras emas” (golden rice).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Selain mengandung karbohidrat, beras emas itu dimasuki beberapa zat bermanfaat, seperti vitamin A. Ini tak perlu karena masyarakat bisa memperoleh sumber vitamin A dari keanekaragaman hayati lain,” katanya.

Direktur Eksekutif Action Group on Erosion, Technology, and Concentration (ETC Group) Pat Mooney menyampaikan, saat ini 10 perusahaan global mengontrol separuh komersialisasi benih pangan. Mereka mengontrol 90 persen penyediaan pestisida di dunia.

Sepuluh perusahaan menguasai benih komersial, yaitu Monsanto (AS), DuPont/Pioneer (AS), Syngenta (Swiss), Groupe Limagrain (Perancis), Land O’Lakes/ Winfield Solution (AS), KWS AG (Jerman), Bayer CropScience (Jerman), Dow AgroScience (AS), Sakata (Jepang), dan DLF-Trifolium A/S (Denmark). (NAW)

Sumber: Kompas, 29 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB