Berkunjung ke Rumah Si John

- Editor

Minggu, 28 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

”Rumah” John dan kawan-kawan terasa teduh dan asri, jauh dari kebisingan suara knalpot, meski letaknya di pinggir jalan. John adalah kepala geng gerombolan bekantan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

John yang berbadan tegap ini langsung beraksi ketika para turis mulai mengamatinya. Rasa penasaran para turis dibalas dengan sikap John yang cuek bergelantungan dari satu ranting bakau ke ranting bakau lain. Namun, John sesekali mengawasi para turis itu dari balik rerimbunan bakau.

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) merupakan lokasi wisata favorit di Kota Tarakan. Lokasinya tak lebih 1 kilometer dari ruas jalan utama kota. Tempat ini juga cocok untuk mengisi waktu santai sore hari atau sekadar berteduh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rerimbunan bakau di kawasan ini sanggup ”memaksa” sinar matahari kehilangan sengatnya. Hawa terasa sejuk. Asyiknya lagi, tak perlu berbecek ria untuk menyusuri jengkal demi jengkal KKMB sebab ada jalur tracking berupa papan-papan kayu ulin selebar 1,5 meter-2 meter.

Bangku kayu di sejumlah sudut bisa dijadikan tempat istirahat sejenak. Jangan khawatir soal kebersihan karena banyak tersedia bak sampah. Bak sampah ini terkadang membuat bekantan penasaran melongok untuk mengetahui isinya sehingga sebagian isi bak sampah tumpah dan jatuh ke rawa.

Karena terbiasa bersua manusia, bekantan di KKMB cuek saja menjadi sasaran jepretan kamera. Pengunjung bisa memotret primata ini dari jarak 5 meter. Sesuatu yang tak bakal bisa dilakukan di hutan bakau, habitat aslinya, karena bekantan hewan pemalu.

Kesan pertama langsung membekas begitu Rita (32), warga Gunung Samarinda Baru, Balikpapan, tiba di KKMB. ”Jarang bisa melihat bekantan dari jarak dekat. Bekantannya pun banyak. Suatu waktu nanti, saya akan ke sini lagi,” kata Rita yang datang bersama keluarganya.

Waktu yang tepat untuk melihat gerombolan bekantan adalah pukul 11.00-14.00 Wita. Di rentang waktu itu, bekantan-bekantan akan turun dari rerimbunan bakau menuju lokasi petugas meletakkan menu mereka, yaitu pisang kepok bertandan-tandan.

”Makanan alami bekantan adalah bakau, baik daun maupun buahnya. Pisang bukan makanan yang dikenal bekantan. Kami memberi pisang hanya karena variasi menu dan mereka pun mau. Bukan karena bakau di sini kurang,” ujar Jamil, petugas KKMB.

BekantanDi KKMB, bekantan terbagi dalam dua grup. Satu diketuai John, satunya lagi di bawah komando Michael. Dalam keseharian, Michael takut terhadap John. Begitu John mendekat, Michael langsung kabur. Namun, pagi itu, John ”mengizinkan” rivalnya lebih dulu mengambil pisang.

Inilah saat yang tepat untuk mengambil foto. Dari pucuk bakau, Michael memimpin kawanannya meluncur turun. Meraup pisang, lalu bergegas naik. Selang beberapa menit, barulah John turun dengan santai.

”Boleh mendekat untuk memotret, tapi jangan terlalu dekat,” pesan Jamil.

Ada 35 bekantan, baik dewasa, anak-anak, maupun bayi, di KKMB. Namun, bukan mereka saja penghuni KKMB karena ada banyak satwa lain, misalnya monyet ekor panjang. Meski demikian, Anda barangkali tidak menemukan monyet karena mereka sedang keluyuran ke luar area KKMB.

Tak perlu terburu-buru menikmati setiap jengkal KKMB. Tempat ini dibuka pukul 09.00-17.00 Wita. Semakin menyenangkan karena tiket masuknya pun dibanderol murah, Rp 3.000. Maklum, KKMB adalah milik Pemerintah Kota Tarakan. KKMB menjadi salah satu ikon wisata kota itu.

Paru-paru kota
Sejarah KKMB bermula tahun 2001 ketika pembangunan di Tarakan pesat. Pemkot Tarakan memikirkan pentingnya kota memiliki kawasan mangrove sebagai paru-paru kota. Wali Kota Tarakan saat itu, Jusuf SK, kemudian menerbitkan surat keputusan tentang pemanfaatan hutan mangrove sebagai kawasan mangrove seluas 9 hektar.

Awalnya, hanya ada dua bekantan di KKMB. Menurut Jamil, mereka lalu beranak pinak dan kini jumlah bekantan telah mencapai 35 ekor. Area KKMB yang awalnya 9 hektar lalu bertambah menjadi 22 hektar.

Pemerhati bekantan yang juga pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda, Yaya Rayadin, mengatakan, KKMB adalah solusi ketika habitat bekantan di perkotaan mulai tergusur. Hewan ini tidak bisa ”bertarung” untuk mempertahankan diri.

”Mereka cenderung menyingkir ketika habitatnya, yakni bakau, dibabat. Keterikatan yang sangat tinggi dengan bakau yang juga adalah pakan hariannya ini membuat bekantan termasuk hewan yang nyaris mustahil ditempatkan di kebun binatang,” ujar Yaya.

Tarakan beruntung memiliki KKMB yang tepat berada di jantung kota. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, KKMB juga menjadi tempat wisata edukasi. Meski demikian, Yaya mengingatkan, jumlah bekantan yang terus bertambah tentu harus ditunjang dengan perluasan area. (Lukas Adi Prasetya)

Sumber: Kompas, 28 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB