Bedah Saraf; Buku Produk Dalam Negeri Masih Minim

- Editor

Senin, 1 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilmu kedokteran, termasuk bedah saraf, berkembang cepat. Untuk mengikutinya, keberadaan buku berbahasa Indonesia produk dalam negeri dinilai penting agar para dokter memiliki dasar pengetahuan ilmiah tanpa bias informasi.


”Ilmu kedokteran terus maju. Dulu, bedah saraf hanya memperhatikan anatomi otak. Sekarang, juga harus perhatikan biologi molekuler dan genetika,” kata ahli bedah saraf senior Satyanegara pada bedah buku Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi Kelima terbitan Gramedia, di Jakarta, Sabtu (29/11).

Perkembangan ilmu mendasari pengembangan buku itu. Enam puluh persen isi buku adalah hal baru, termasuk terkait alat-alat terbaru bedah saraf.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penerbitan buku edisi kelima itu juga dilatarbelakangi keterbatasan perguruan tinggi yang mengajarkan ilmu bedah saraf. ”Dari 73 fakultas kedokteran, hanya belasan yang memiliki bagian bedah saraf,” katanya.

Kondisi itu membuat mayoritas lulusan kedokteran mempelajari ilmu bedah saraf hanya dalam waktu singkat. Keberadaan buku rujukan yang lengkap dan terkini menjadi penting.

Ilmu Bedah SarafDokter Spesialis Bedah Saraf pada RS Mayapada Tangerang (Banten) dan Lebak Bulus (Jakarta), Ryu Hasan, mengatakan, buku ilmu bedah saraf berbahasa Indonesia tulisan dokter dalam negeri sangat membantu para dokter serta calon dokter. Mereka akan terhindar dari bias informasi sehingga memberi penjelasan serta pengobatan pada pasien dengan tepat.

”Pada buku terjemahan, penafsiran penerjemah sangat mungkin berbeda dari yang dimaksud penulisnya,” kata Ryu. Oleh karena itu, buku karangan dokter Indonesia membantu para dokter dan tenaga kesehatan lainnya terus menyesuaikan diri dengan dasar ilmiah terbaru, termasuk teknologi.

Sementara itu, dokter spesialis bedah saraf pada RS Mayapada Lebak Bulus, Syafrizal Abubakar, menambahkan, selain berguna bagi para tenaga kesehatan, tulisan Satyanegara juga bermanfaat bagi pengetahuan masyarakat luas. Sebab, ditulis menggunakan bahasa awam. Itu dapat membantu masyarakat umum mencegah risiko lebih besar jika menemukan gejala kelainan saraf, seperti stroke. (JOG)

Sumber: Kompas, 1 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Berita Terbaru