Bangun Kemandirian; Perguruan Tinggi Jadi Agen Pembangunan Ekonomi

- Editor

Selasa, 2 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia harus membangun kemandirian dengan kekuatan yang dimilikinya sendiri. Di tengah situasi ekonomi global yang tidak menggembirakan, bangsa Indonesia sudah tidak bisa lagi mengandalkan negara lain untuk membangun kemandirian.


“Jangan lagi mengharapkan bantuan dari Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan Eropa yang saat ini tengah menghadapi kesulitan ekonomi,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Puspiptek Serpong, Tangerang, Senin (1/2).

Rakernas dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk membangun kemandirian, menurut Wapres, Indonesia dapat menempuhnya dengan meningkatkan daya saing. Caranya, kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditingkatkan.

Menurut Kalla, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, beragam inovasi pun dapat dihasilkan oleh bangsa Indonesia.

Ia menyatakan, selama ini Indonesia sudah memiliki keunggulan dalam hal jumlah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan pasar. Namun, selama ini Indonesia masih banyak mengandalkan impor.

Nasir mengatakan, berdasarkan 12 kriteria dari World Economic Forum, riset dan teknologi serta perguruan tinggi berkontribusi terhadap peningkatan daya saing bangsa. Adapun daya saing Indonesia pada 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya meningkat dalam hal pendaftaran mahasiswa di perguruan tinggi, ketersediaan layanan riset dan pelatihan, serta aplikasi paten.

Peringkat Indonesia tidak berubah untuk aspek kolaborasi litbang perguruan tinggi-industri, kualitas lembaga riset, anggaran perusahaan untuk litbang, dan dukungan pemerintah untuk produk teknologi maju. Selain itu, Indonesia juga mengalami penurunan jumlah ilmuwan, insinyur, dan kapasitas inovasi.

“Peran perguruan tinggi bukan sebagai agen pengajaran atau lembaga riset sebagai riset, melainkan menjadi agen pembangunan ekonomi dan perubahan budaya,” tutur Nasir.

Menanggapi pernyataan Kalla, Direktur Jenderal Penguatan dan Pengembangan Riset Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati mengatakan, upaya mendayagunakan potensi dan kemampuan sumber daya iptek telah dimulai. Upaya ini tertuang dalam Rencana Induk Riset Nasional.

Dalam rencana tersebut, dihimpun semua lembaga riset di lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK), kementerian, dan perguruan tinggi. Melalui sinergi semacam ini, produk inovasi iptek diharapkan dapat dikemas dalam satu paket yang siap digunakan untuk pemberdayaan masyarakat.

Pada tahap awal, ada 10 prototipe produk inovasi bidang pertanian, antara lain varietas unggul padi, jagung dan kedelai, serta pupuk. Varietas padi meliputi Sidenuk yang dihasilkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dengan produktivitas mencapai 10 ton per hektar.

Ada pula alat penanam padi Jajar Legowo yang dirancang bangun peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Semua sarana itu dijadikan satu paket dan akan diperkenalkan kepada petani melalui program kuliah kerja nyata mahasiswa. (YUN/ELN)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Februari 2016, di halaman 11 dengan judul “Bangun Kemandirian”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB