Aktivitas Lempeng Pasifik Meningkat

- Editor

Senin, 14 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peningkatan aktivitas Lempeng Pasifik perlu segera diantisipasi dengan pemantauan, pencegahan, dan pendidikan mitigasi bencana yang lebih aktif di Indonesia timur yang dilalui Lempeng Pasifik. Banyak daerah di Indonesia timur memiliki sejarah kegempaan dan tsunami yang tinggi serta dilalui sesar yang aktif.

Ketua Divisi Tektonik Ikatan Ahli Geologi Indonesia Benyamin Sapiie yang berada di Bandung saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (12/3), mengatakan, gempa yang terjadi di Christchurch, Selandia Baru, 22 Februari, dan Miyagi, Jepang, 11 Maret, menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas Lempeng Pasifik. Namun belum bisa dipastikan apakah peningkatan aktivitas itu disebabkan oleh perubahan kecepatan dan arah gerak lempeng atau perubahan fisik lempeng.

Belum dapat dipastikan juga apakah pengeluaran energi yang menimbulkan gempa di dua bagian Lempeng Pasifik itu akan memengaruhi secara signifikan gerakan lempeng di bagian Lempeng Pasifik lain, misalnya Papua, atau gerak lempeng benua lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Secara alamiah, setiap bagian lempeng memiliki potensi gempa sendiri akibat gerak lempeng di bagian itu. Gerakan lempeng sebagai sumber gempa itulah yang membuat gempa di daerah terkait terjadi berulang dengan siklus 50-100 tahun.

”Jika kecepatan gerak lempeng bertambah, energi yang tersimpan di salah satu bagian lempeng akan bertambah besar hingga siklus gempa menjadi lebih pendek atau gempa lebih cepat terjadi,” katanya.

Belum bisa diramalkan

Para ahli belum bisa memastikan kapan dan di bagian lempeng mana yang akan mengeluarkan energi akibat pergerakan lempeng secara keseluruhan. Para ahli hanya bisa meramal potensi gempa yang ada di suatu daerah berdasarkan gempa-gempa sebelumnya sekaligus mendorong pemerintah dan masyarakat untuk lebih waspada.

”Tidak bisa disimpulkan bahwa gempa yang melanda di sejumlah daerah di Lempeng Pasifik lain akan memicu gempa di Papua. Namun, Papua memang menyimpan potensi dan memiliki sejarah kegempaan yang tinggi,” kata Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wandono.

Banyaknya gempa kecil berkekuatan 5 skala Richter yang terjadi di Papua selama ini merupakan hal yang positif. Rendahnya kemampuan lempeng menahan tekanan membuat gempa kecil sering terjadi. Kondisi ini membuat potensi terjadinya gempa dengan kekuatan besar dan lebih destruktif, 8-9 skala Richter, menjadi lebih panjang rentang waktunya.

Menurut Benyamin, sejak 1952 hingga kini, hanya tercatat 5 gempa berkekuatan 9 skala Richter. Adapun gempa berkekuatan lebih dari 8,5 skala Richter baru tercatat sebanyak 5 kali sejak tahun 1922. Gempa berkekuatan kecil, sekitar 5 skala Richter, dalam setahun bisa terjadi puluhan kali di seluruh dunia.

Benyamin, yang juga ahli geologi struktur dan tektonik dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, mengingatkan pemerintah dan para ahli untuk mulai memerhatikan wilayah Indonesia timur dalam pembangunan infrastruktur dan pencegahan gempa dan tsunami. Masyarakat perlu ditingkatkan kesadaran dan pemahamannya dalam proses penyelamatan bencana.

Selama ini, konsentrasi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan proses mitigasi bencana banyak difokuskan pada wilayah pesisir barat Sumatera serta pesisir selatan Jawa dan Bali. Sebab, wilayah itu banyak penduduknya dan permukimannya padat, bila terjadi bencana jumlah korbannya akan sangat besar. Indonesia timur kurang diperhatikan karena jumlah penduduknya sedikit. (MZW)

Sumber: Kompas, 13 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB